Senin, 25 November 2024   |   WIB
id | en
Senin, 25 November 2024   |   WIB
PIPIB Sebagai Upaya Dukungan Penyelamatan Orangutan di Kalteng

Model integrasi Peta Indikatif Penundaan Izin Baru pada Hutan Primer dan Gambut (PIPIB) menandai era baru dalam bidang pengelolaan lingkungan khususnya hutan primer dan gambut. Sumbangan PIPIB menjadi upaya untuk memperbaharui pemahaman dan pengetahuan dalam penyelamatan, perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut termasuk orangutan sebagai satwa endemik lahan gambut di Kalteng.

PIPIB dalam penyusunannya melibatkan keterpaduan sektor yang terkait dan partisipasi masyarakat. Hal ini merupakan pengalaman berharga Indonesia dalam menerapkan model integrasi penyusunan rencana pemanfaatan ruang dengan menempatkan daya dukung lingkungan hidup sebagai pertimbangan utama.  PIPIB selama ini yang ditetapkan dengan berbagai masukan dari semua stakeholder, kini dapat ditinjau di lapangan melalui Ekspedisi Geografi Indonesia (EGI) Lahan Gambut 2014 di Kalteng.

Pelaksanaan EGI 2014 pada 7-12 Juni 2014 diawali dengan kunjungan Borneo Orangutan Survival (BOS) di Nyaru Menteng pada Sabtu 7 Juni 2014. Nyaru Menteng adalah tempat reintroduksi (pelepasan dan adaptasi dengan alam liar) bagi orangutan yang memiliki peran penting dalam usaha penyelamatan dan pelestarian orangutan di Kalteng. Secara posisi, Nyaru Menteng berada 28 km dariKota Palangkaraya dan secara administratif terletak di Desa Tumbang Tahai, Bukit Batu, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Kegiatan utama BOS di Nyaru Menteng antara lain adalah penyelamatan dan translokasi, perawatan dan pelayanan kesehatan, rehabilitasi, dan reintroduksi orangutan. Awalnya, Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng dimaksudkan hanya untuk pelestarian vegetasi langka. Kini, kawasan tersebut juga mencakup kawasan hutan konservasi tempat orangutan dilepaskan setelah menjalani karantina atau rehabilitasi. Kebanyakan orangutan yang menghuni Nyaru Menteng adalah bayi orangutan yang kehilangan induknya karena dibunuh atau pun sebab lainnya. Orangutan yang pernah ditangkap manusia juga dilatih dan dirawat dengan baik di sini sebelum siap dilepas kembali ke alam liar.

Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng didirikan Tahun 1999 oleh Lone Dröscher Nielsen dan Odom Kisar. Lone Dröscher-Nielsen, yang merupakan wanita berkebangsaan Denmark ini, sejak usia 14 tahun sudah mencintai orangutan saat menjadi sukarelawan di Kebun Binatang Aalborg, Denmark.  Sejak 1996, Lone pindah ke Kalimantan, yang kemudian menjadi sukarelawan di Taman Nasional Tanjung Puting yang bertugas mengurusi bayi orangutan. Setelah 4 tahun mendedikasikan diri di Tanjung Puting, ia memutuskan keluar dan mulai merintis proyek orangutan Nyaru Menteng. Kini, Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng telah menjelma menjadi pusat konservasi orangutan dengan fasilitas lengkap. Di sini tersedia kandang, klinik, kendaraan, hutan dan pulau tempat pelepasan, termasuk ratusan staf. Lokasi klinik, berbagai fasilitas untuk keperluan karantina, dan kandang sosialisasi berada di dalam kawasan berpagar seluas 1,5 ha. Hutan di sekitar kawasan tertutup bagi pengunjung karena merupakan tempat bagi pelatihan orangutan untuk hidup di alam liar.

Di lokasi ini, tim EGI yang berasal dari lintas instansi yaitu Wantimpres, Kemenhut, Kementan, UI, UGM, IPB, Univ. Pancasila, FAO, Univ. Palangka Raya dan Univ. Lambung Mangkurat, mendapat penjelasan tentang penyelamatan orangutan sebagai satwa endemik Kalteng. Kepada tim EGI yang dihadiri Kepala BIG Asep Karsidi, Petugas Pengendali Ekosistem Hutan yang bertugas disana menjelaskan bahwa konservasi habitat dan alam liar hanya dapat dicapai dengan bekerja sama dengan masyarakat setempat dan pemangku kebijakan lainnya.

Menyikapi hal di atas, Kepala BIG Asep Karsidi menyatakan bahwa BIG berperan dengan menyediakan data dan informasi geospasial atau peta. Dengan adanya EGI Lahan Gambut Kalteng ini, diharapkan publikasi yang nantinya akan terbit bisa menjadi masukan bagi para pemangku kepentingan terkait isu pengelolaan lahan gambut tropis termasuk penyelamatan orangutan. Karena ternyata, ada kekhawatiran dari petugas disana tentang intervensi pemegang kekuasaan disana untuk merubah status wilayah sehingga bisa mengganggu upaya penyelamatan orangutan, imbuh Asep Karsidi.

Tim EGI yang berasal dari berbagai disiplin ilmu melakukan diskusi dan memberi masukan terkait upaya penyelamatan orangutan. Sampai saat ini, BOS telah menyelamatkan lebih dari 1000 orangutan di Kalimantan Tengah dan saat ini merawat lebih dari 600 orangutan di Nyaru Menteng. Banyak ilmu dan pemahaman baru yang bisa dibagi dan diceritakan nantinya terkait Penyelamatan Orangutan di Buku EGI Lahan Gambut Kalteng 2014.