Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah telah bekerjasama dengan ITB, maka untuk implementasi kerjasama tersebut keduanya berkunjung ke BIG guna koordinasi dan konsultasi dalam rangka pelaksanaan workshop pemanfaatan geospasial dan geoportal yang akan diselenggarakan di Palu mendatang.
Kunjungan tersebut terdiri dari Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah (Bappeda Sulteng) dan ESRI Global pada Kamis, 5 Juni 2014. Penerimaan kunjungan tersebut dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kerjasama dan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga (K/L), Pemerintah Daerah, Universitas dan Swasta yang ada di Indonesia. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, dalam usaha untuk mengintegrasikan unsur-unsur antar lembaga terkait penyelenggaraan Informasi Geospasial (IG) yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penerimaan kunjungan bertempat di Geospatial Support Command Centre (GSCC) Gedung Utama BIG, rombongan diterima langsung oleh Kepala BIG, Dr. Asep Karsidi, M. Sc. Kunjungan yang dimulai pukul 09.00 itu dilakukan dalam rangka untuk studi banding fasilitas GSCC yang ada di BIG. Hal itu dilakukan karena GSCC BIG akan digunakan sebagai contoh dalam workshop mengenai pemanfaatan geospasial dan geoportal di Palu yang akan datang.
Dalam presentasinya Asep Karsidi mengungkapkan bahwa geospasial bisa digunakan untuk integrasi dan kolaborasi sehingga dapat menghilangkan hambatan dan terhubung dengan solusi. Untuk itu dibutuhkan Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) antar instansi agar kerjasama bisa terjalin dengan lebih baik. Perkembangan teknologi geospasial juga telah merubah cara seseorang dalam berpikir dan bertindak. Transformasi Bakosurtanal menjadi BIG juga mengisyaratkan perubahan paradigma dari yang sebelumnya sebagai lembaga pengkajian kebijakan di bidang survei, pemetaan dan infrastruktur data spasial, menjadi Penyelenggara IGD, Pembina dan Penginntegrasian IGT, serta Penyelenggara Infrastruktur Informasi Geospasial (IIG).
“Jangan membantu google, kalau kita mengisi data di google, database akan tersimpan di mereka. Kita rugi kalau semua data kita, diberikan ke google. Jadi lebih baik kita menggunakan data milik kita sendiri, baik atau buruk kita bisa sama-sama memperbaikinya”, ujar Asep Karsidi yang disambut anggukan kepala oleh para peserta. Apalagi saat ini Peta Rupabumi Sulawesi untuk skala 1: 25.000 telah tersedia lengkap, tidak ada alasan bila Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) belum selesai karena alasan peta rupa bumi yang belum tersedia. Pembuatan peta rupa bumi skala detil sebagai persyaratan pembuatan RDTR tidak harus menunggu BIG, tiap daerah bisa mengajukan pembuatan peta daerahnya sendiri-sendiri, namun tetap dengan standard dan supervisi dari BIG, lanjut Asep Karsidi.
Acara kunjungan tersebut berlangsung selama kurang lebih dua jam. Setelah presentasi berakhir, kegiatan dilanjutkan dengan demo terkait ina-geoportal dan simpul jaringan yang telah terhubung dengan BIG.