Saat ini sudah hampir satu tahun sejak disahkannya Sistem Referensi Geospasial Indonesia (SRGI) 2013 pada 17 Oktober 2013 silam. BIG tak henti-hentinya melakukan sosialisasi kepada Kementerian/Lembaga (K/L), Pemerintah Daerah, Akademisi, dan pihak terkait lainnya. Proses sosialisasi ini penting untuk dilakukan agar sistem referensi tunggal yang telah disepakati bisa segera dikenal dan diaplikasikan kepada khalayak.
Salah satu sosialisasi diwujudkan melalui acara workshop aktualisasi dan implementasi SRGI 2013 di Pekanbaru, Riau pada 22 Mei 2014. Acara itu diselenggarakan oleh Ikatan Surveyor Indonesia Komisariat Wilayah (ISI Komwil) Riau dengan didukung oleh BIG dan Badan Pertahanan Nasional Republik Indonesia (BPN-RI). SRGI 2013 merupakan acuan tunggal yang menjadi dasar atau rujukan untuk proses pemetaan secara keseluruhan. Sehingga data yang didapatkan semakin akurat dan dapat mengakomodir perubahan-perubahan yang terjadi dewasa ini terkait pergerakan lempeng tektonik bumi.
Turut hadir pada workshop adalah Dodi Sukmayadi, Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar (IGD) BIG, dan Mohamad Arief Syafi’i Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika (PJKGG) BIG. Workshop diawali dengan “Tentang SRGI 2013”, terkait pendalaman konsep, pemahaman dan prosedur praktis. Dari situ disampaikan perbandingan antara SRGI 2013 dengan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 95). Dimana SRGI 2013 dengan DGN 95 memiliki sistem referensi/saling sumbu titik koordinat (0,0), elipsoid referensi, dan datum geodetik yang sama. Yang membedakan adalah kerangka referensinya, dimana DGN 95 terikat kepada epoch 1998, sedang SRGI 2013 berdasarkan epoch 2012. Pada jaringan titik kerangka dasar nasional, untuk titik (0 dan 1) bisa menggunakan titik dari BIG yang telah mengaplikasikan SRGI 2013. Pada kesempatan itu disampaikan juga langkah-langkah untuk mengakses website SRGI BIG yang bisa diakses pada portal : http://srgi.big.go.id.
Acara workshop dilengkapi dengan materi antara lain : prosedur mendapatkan koordinat titik ikat/kontrol dalam sistem SRGI 2013 via layanan situs BIG; prosedur menggunakan koordinat titik ikat/kontrol dalam sistem SRGI2013; prosedur memahami penggunaan model deformasi untuk jaring kerangka regional dan untuk proses staking out. Materi diteruskan dengan tema terkait Continuously Operating Reference System (CORS) yang meliputi prosedur pemanfaatan CORS BIG/BPN yang terikat pada sistem SRGI 2013; prosedur pemanfaatan sistem online processing yang terikat pada sistem SRGI 2013. Terakhir diteruskan dengan tema terkait tranformasi peta, seperti : prosedur transformasi peta ke dalam sistem SRGI 2013 (proses labelling); prosedur transformasi peta ke dalam sistem SRGI 2013 menggunakan parameter transformasi, serta prosedur transformasi peta ke dalam sistem SRGI 2013 menggunakan titik sekutu/common point.
Workshop yang dihadiri oleh kalangan profesional pemerintah, swasta, serta mahasiswa ini memang penting untuk dilakukan, karena acuan tunggal tersebut tidak hanya digunakan oleh kalangan pemetaan, tapi juga bagi kalangan pengguna IG lainnya. Maka dari itu proses sosialisasi dan pembelajaran ini mendesak untuk dilakukan agar penyelenggaraan IG yang dapat dipertanggungjawabkan, berdayaguna, dan berhasil guna dapat dirasakan oleh masyarakat penikmat IG pada umumnya. (LR/TR).