Selasa, 05 November 2024   |   WIB
id | en
Selasa, 05 November 2024   |   WIB
Perang Dalam Cerita Wayang Golek Tidak Akan Terjadi Jika Ada Peta BIG

Wayang Golek merupakan pertunjukan tradisional di Jawa Barat. Pesan-pesan tertentu dapat disampaikan melalui pertunjukan ini termasuk sosialisasi informasi geospasial kepada masyarakat luas.  Perebutan kekuasaan yang terjadi pada kisah yang diangkat dalam “Kresna Murka” tidak akan terjadi apabila kedua belah pihak yang bertengkar mempunyai peta wilayahnya masing-masing.

Hal tersebut mengandung arti bahwa  tumpang tindih maupun sengketa wilayah tidak akan terjadi apabila masing-maisng pihak menggunakan informasi geospasial batas wilayah yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Pesan inilah yang diusung oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), untuk pertama kalinya, denganmenggelar pertunjukan kesenian tradisional Wayang Golek. Pertunjukan ini diadakan masih dalam rangkaian Pekan Geospasial Nasional (PGN) 2014 dalam rangka memperingati Hari Bumi yang diselenggarakan di beberapa tempat antara lain di Bandung  dan DIY, serta dipusatkan di Kantor BIG Cibinong.

Acara pertunjukan Wayang Golek dihadiri Kepala BIG, Asep Karsidi, sejumlah pejabat dan pegawai di lingkungan BIG dan masyarakat sekitar Kantor BIG (Blok Ringkem, Bunisari, Sempora, Kampung Kandang dan bahkan dari Jakarta dan Bandung. Asep Karsidi dalam sambutannya menyampaikan bahwa pertunjukan Wayang Golek ini dilaksanakan untuk mensosialisasikan BIG diantaranya mengenai keberadaan kantor, kegiatan dan produknya, kepada masyarakat sekitar Kantor BIG khususnya dan masyarakatluas pada umumnya. Pertunjukan Wayak Golek dipilih mengingat masyarakat sekitar Kantor BIG mayoritas adalah Suku Sunda.
 
Pertunjukan Wayang Golekdibawakan oleh Dalang Dadan Sunandar Sunarya dari Putra Giriharja 3, yang merupakanputra darialm. Asep Sunandar Sunarya, dalang Wayang Golek ternama dan legendaris dari Tanah Parahyangan yang meninggal dunia sekitar 2 minggu yang lalu. Wayang Golek mendapat tempat di masyarakat karena kreatifitasnya untuk bisa menarik massa. Eksistensi dalang Giriharja 3 yang dilanjutkan putranya sampai saat ini sangat berpengaruh pada perkembangan Wayang Golek di Jawa Barat karena selalu beradaptasi dan mendapat apresiasi masyarakat.

Pagelaran Wayang Golek  yang ditampilkan berjudul “Kresna Murka”. Alkisah Raden Suteja putra dari Batara Kresna memerintah disebuah wilayahTrajutrisna yang berbatasan dengan Negara Pringgondani. Wilayah yang asalnya kecil kemudian berkembang menjadi ramai dan besar ini mulai mengganggu kedaulatan Negara Pringgondani. Raden Gatotkaca sebagai petinggi Pringgondani berniat untuk menanyakan hal tersebut kepada Raden Suteja, tetapi niat baik Raden Gatotkaca ditanggapi Raden Suteja sebagai ajakan untuk berperang.

Akhirnya perang pun tidak terhindarkan.Segalakekuatan perang antar kedua negara dikerahkan.Dari Kerajaan Pringgondani kekuatan darat diwakili oleh Raden Antareja, kekuatan air diwakili oleh Raden Antasena, sementara untuk kekuatan udara tentu saja diwakili oleh Raden Gatotkaca sendiri.Sementara itu dari pihak Raden Suteja, bala tentara didominasi oleh para Denawa dan Tentara Raksasa yang mengabdi dan setia kepada Raden Suteja.

Dalam peperangan tersebut Raden Suteja mengalami kekalahan, kemusian dia melaporkan kekalahan tersebut kepada ayahandanya Prabu Batara Kresna. Prabu Batara Kresna pun menjadi murka, dan kemudian menghadaplah Batara Kresna kepada Sang Hyang Otipati (Batara Guru) untuk meminjam senjata para dewa untuk dipinjamkan kepada Raden Suteja.

Dengan berbekal senjata yang dipinjamkan dari dewa akhirnya Raden Suteja tanpa kesulitan bisa mengalahkan Raden Gatotkaca. Namun kekalahan yang merupakan bentuk kecurangan ini diketahui oleh Lurah Semar, yang sebenarnya merupakan kakak dari Batara Guru. Lurah Semar menyadarkan semua pihak akan ruginya melakukan peperangan yang didasari oleh hawa nafsu belaka. Di akhir cerita, pihak Raden Gatotkaca yang berhasil disembuhkan kembali oleh Batara Narada, penasihat Batara Guru,dan akhirnya melakukan perdamaian dengan Raden Suteja yang sebenarnya masih berbersaudara itu, serta Batara Kresna pun mengakui kekhilafannya.

Satu hal yang sangat menarik dalam cerita wayang golek berjudul “Krena Murka” yang digelar di Kantor BIG ini, yakni ketika Dalang Dadan Sunandar menyatakan bahwa perang antara Pringgondani dan Trajutrisna tidak akan terjadi jika wilayah antara kedua negara ini sudah dipetakan lengkap dengan luas wilayah dan batas administratifnya oleh BIG. Tetapi karena pada cerita Wayang Golekini tidak ada peta dasar yang dibuat oleh BIG, konflik perebutan wilayah kekuasaan itu terjadi.

Penonton yang hadir menyaksikan pagelaran terhibur dengan cerita yang dibawakan. Apalagi muncul tokoh-tokoh semisal Cepot, Dawala dan sebagainya yang menyampaikan kritik dan sindiran kepada petinggi negeri supaya benar dalam mengabdi yang ditampilkan dengan gaya jenaka. Semakin malam, jumlah penonton yang hadir semakin banyak, diperkirakan jumlah penonton mencapai lebih dari600 orang.Kegiatan ini merupakan salah satu jenis Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial BIG untuk menjaga hubungan internal sesama pegawai BIG dan eksternal dengan masyarakat sekitar Kantor BIGkhususnya, dan masyarakat luas pada umumnya, sekaligus menyebarluaskan pentingya informasi geospasial dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.