Implementasi Informasi Geospasial (IG) tidak hanya terbatas pada pemetaan suatu wilayah, IG dapat digunakan untuk memetakan dan memodelkan obyek-obyek arkeologi atau warisan budaya lainnya. Integrasi Informasi Geospasial Tematik (IGT), Data Penginderaan Jauh dan analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) yang didasarkan pada referensi tunggal geospasial, diperlukan untuk analisis obyek fisik dan budaya dari suatu obyek arkeologi atau landscape.
Sebagai pembina dan pelaksana integrasi informasi geospasial tematik, Badan Informasi Geospasial (BIG) ikut merespon isu-isu dan program nasional, salah satunya pelestarian peninggalan arkeologi atau warisan budaya lainnya. Pemetaan obyek arkeologi atau warisan budaya lainnya harus mengacu pada Informasi Geospasial Dasar yang dihasilkan oleh BIG, sesuai dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial. Ina-Geoportal sebagai sarana berbagai pakai dan sumber referensi resmi, dapat digunakan untuk melakukan pemetaan obyek arkeologi dan mempublikasikan hasilnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Utama Badan Informasi Geospasial, Budhy Andhono Soenhadi, dalam sambutannya mewakili Kepala BIG, saat membuka acara International Workshop on Reality-Based 3D Modelling for Cultural Heritage and Archeological Objects, di Kawasan Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk koordinasi, kerjasama dan sinergi antara Badan Informasi Geospasial(BIG), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Workshop yang dihadiri oleh berbagai pakar arkeologi, penginderaan jauh dan pemetaan dari dalam dan luar negeri, bertujuan untuk membahas teknik pemetaan dan dokumentasi 3 Dimensi yang rinci pada obyek arkeologi atau warisan budaya lainnya.
Informasi Geospasial bahkan dapat untuk mendeteksi obyek arkeologi, baik di permukaan bumi, maupun di bawah permukaan bumi. Jika dulu proses pencarian arkeologi dilakukan secara acak, saat ini dengan teknologi penginderaan jauh, dapat dianalisis obyek-obyek yang diindikasikan sebagai peninggalan arkeologi, sehingga proses penggalian atau konservasi lebih tepat sasaran. Perencanaan Pemetaan Tata Ruang harus memperhatikan lingkungan pada obyek arkeologi, agar tidak merusak dan menjaga kelestariannya. Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Aris Poniman dari Badan Informasi Geospasial (BIG), saat menyampaikan Keynote Speech-nya.
Sesuai dengan lokasi kegiatan di Kawasan Candi Borobudur, ditampilkan hasil pemetaan dan pemodelan 3 Dimensi Candi Borobudur. Kemegahan Candi Borobudur terlihat jelas dalam tayangan Model 3 Dimensi. Ke depan, Model 3 Dimensi Candi Borobudur akan diintegrasikan ke dalam Ina-Geoportal,untuk dapat diakses masyarakat luas, agar dapat ikut menjaga dan melestarikan warisan budaya masa lampau yang indah dan mahsyur ini.
Oleh: Agung TM