Senin, 04 November 2024   |   WIB
id | en
Senin, 04 November 2024   |   WIB
Saatnya Indonesia Menjadi Pionir dalam Pengembangan Informasi Geospasial

Upaya Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk  mengkoordinasikan one map policy kepada semua pihak terus digalakkan. Sebagai lembaga yang mempunyai fungsi sebagai koordinator Informasi Geospasial, BIG berkewajiban dalam pengintegrasian Informasi Geospasial Tematik. Fungsi itu dirasa krusial karena menjadi penggerak keberhasilan fungsi lain, yaitu regulator dan eksekutor.

 

Sesuai dengan amanat UU No. 4 Tahun 2011 dimana BIG sebagai penyelenggara dan pembina Informasi Geospasial (IG) Nasional, maka BIG terus melakukan kerjasama dengan berbagai Kementerian/Lembaga (K/L) maupun institusi lainnya. Pada Rabu, 5 Maret 2014, telah terselenggara penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama (NKB) antara Dr. Asep Karsidi, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met masing-masing atas nama BIG dan UI. Acara yang mengambil lokasi di Balai Sidang Universitas Indonesia Depok itu diselenggarakan dalam bentuk Sarasehan dan Pameran yang mengambil tema “Peran Informasi Geospasial dalam Pembangunan”. Hadir sebagai pembicara dalam sarasehan adalah Dr. Asep Karsidi, M.Sc dan Dr. Iwan Gunawan, M.Sc. selaku Spesialis Senior Manajemen Resiko Bencana The World Bank.

 

Sarasehan dibuka oleh Dekan FMIPA UI Dr. Abdul Haris, yang mengungkapkan bahwa IG sangat berguna bagi pembangunan Indonesia, selain peta, produk IG juga bisa dimanfaatkan untuk sektor lain dalam kehidupan. “Melalui IG, kita bisa save planet, save unity” tandas Abdul Haris. Muhammad Anis juga mengungkapkan hal serupa, betapa IG sangat berguna dalam meningkatkan berbagai sektor kehidupan. Oleh karenanya kerjasama yang terjalin antara BIG serta UI akan sangat bermanfaat.

 

Dalam rangkaian acara ini Kepala BIG Asep Karsidi, mengingatkan kembali bahwa hal yang paling penting bukan peta sebagai informasi geospasial, tapi industri geospasial yang perlu dikembangkan. Asep juga mendorong para mahasiswa agar mau berpikir lebih dalam, tidak hanya menjadi pasar, tapi juga harus mulai belajar mengembangkan software dan hardaware yang digunakan untuk pengembangan informasi geospasial. Sehingga nantinya Indonesia bisa menjadi pionir dalam pengembangan IG di lingkungan internasional.

 

Lebih lanjut Asep Karsidi bernostalgia dengan menunjukkan salah satu informasi geospasial yang dibangun di UI Depok yaitu Tugu Titik Kontrol Referensi yang terikat dengan jaringan nasional. Tugu tersebut sebagai pencanangan berdirinya Pusat Penelitian Geografi Terapan di Universitas Indonesia.

 

Dalam kegiatan sarasehan, Asep Karsidi memaparkan tentang peran IG yang berguna sebagai sistem pendukung pengambilan kebijakan guna mengoptimalkan pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya dan ketahanan nasional. Sementara Iwan Gunawan dari The World Bank  menguraikan bagaimana IG dalam skala rinci dapat digunakan untuk membangun ketahanan kota terhadap risiko bencana dan iklim. Risiko bencana perkotaan yang terus berkembang tiap 10 tahunan itu bisa diatasi dengan membuat masterplan kerangka kota yang berketahanan. Sarasehan yang dikemas dengan diskusi panel, dimana satu peserta menyampaikan apresiasinya terhadap gerakan one map policy, dan mengharapkan semua sendi dalam kehidupan bernegara saling membantu dalam menyediakan IG yang bebas dan dapat dipertanggungjawabkan. Diharapkan akan lebih banyak lagi kegiatan serupa untuk kesempatan yang akan datang dengan K/L, institusi, universitas, maupun daerah-daerah lainnya.