Pasca berdirinya Republik Demokratik Timor Leste (RDTL), baik Indonesia dan RDTL telah 26 kali melaksanakan pertemuan TSC-BDR (Technical Sub-Committee on Border Demarcation and Regulation). Forum TSC-BDR berdiri secara independen di bawah koordinasi Joint Border Committee (JBC) RI-RDTL, khusus membahas aspek teknis dari perbatasan RI-RDTL. Pertemuan TSC-BDR paling aktual, yaitu yang ke-26, telah dilaksanakan di Dili pada tanggal 4-5 September 2013.
Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan TSC-BDR ke-25 di Yogyakarta pada akhir Oktober 2012, dan Special TSC-BDR di Bali pada April 2013 lalu. Delegasi Indonesia diketuai oleh Dr.-Ing. Khafid selaku Plt. Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Informasi Geospasial (PPBW BIG), dengan anggotanya yang berasal dari Badan Informasi Geospasial (BIG), Kementerian Luar Negeri, Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Direktorat Topografi Angkatan Darat (Dittop AD), Kementerian Pertahanan, dan KBRI di Timor-Leste.
Pertemuan ini membahas tindak lanjut dari PA 2005 dan rencana kerja terkait perbatasan kedua negara, terutama setelah penandatanganan addendum pertama untuk PA 2005. Addendum tersebut telah ditandatangani oleh menteri luar negeri kedua negara pada bulan Juni 2013 lalu. Sebagai tindak lanjut PA 2005, pihak Indonesia dan Timor-Leste sepakat untuk melaksanakan kegiatan survei demarkasi dan delineasi, serta pemetaan batas bersama (Joint Border Mapping/JBM).
Survei demarkasi kali ini bertujuan untuk memasang dan mengukur pilar-pilar batas yang belum terpasang. Sebanyak 80 pilar rencana akan dipasang di sepanjang batas mulai dari Mota Masin ke arah utara. Sedangkan survei delineasi bertujuan untuk melacak garis batas yang telah disepakati kedua negara. Direncanakan untuk survei delineasi akan dilakukan di segmen Bidjael Sunan-Bokos (Oecussi). Sedangkan kegiatan JBM bertujuan untuk memutakhirkan peta-peta yang digunakan pada PA 2005 dan addendumnya. Pemutakhiran ini terutama untuk kenampakan penutup lahan dan alur sungai.
Pertemuan berjalan dengan lancar. Presentasi usulan kegiatan dari Indonesia ditanggapi dengan baik oleh Timor-Leste. Kegiatan survei demarkasi dan delineasi akan dilaksanakan pada pertengahan September sampai November tahun 2013. Pertemuan TSC-BDR berikutnya direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Februari 2014 di Indonesia. Baik pihak Indonesia maupun pihak Timor-Leste sama-sama beritikad baik dalam menyelesaikan permasalahan dari aspek teknis batas kedua negara dalam semangat kerja sama dan persaudaraan. (AR)