Pemerintah Amerika Serikat memberikan bantuan hibah (grant) kepada Pemerintah Indonesia melalui BIG. Grant senilai 331.646 USD, akan diperuntukkan untuk mendanai sebagian biaya yang diperlukan untuk bantuan teknis (capacity building) untuk proyek pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial National guna mendukung perencanaan wilayah dan penanggulangan bencana di Indonesia.
Pada tanggal 29 Agustus 2013 bertempat di Kedutaan Amerika Jakarta, Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial, BIG Dr. Yusuf Surachman Djajadihardja dan Mr. David Gossack, Senior Commercial Officer and Commercial Counselor di Kedutaan Amerika Serikat di Indonesia, sebagai perwakilan dari Pemerintah Amerika Serikat telah menandatangani dokumen "Grant Agreement", dengan saksi Kepala BIG, Dr. Asep Karsidi, M.Sc dan perwakilan duta besar untuk Indonesia Charge d'Affaires Kristen Bauer. Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah pejabat penting dari Amerika Serikat, diantaranya Mr. Mark Dunn, Manager Regional untuk Asia, dari Departemen Perdagangandan Pembangunan Amerika Serikat (US Trade and Development Agency/USTDA). Pejabat BIG yang menghadiri acara tersebut adalah Kepala Pusat Penyebaran Informasi Geospasial, Kepala Biro Umum dan Keuangan, perwakilan dari Pusat Penelitian, Promosi dan Kerjasama, dan perwakilan dari Biro Perencanaan Kepegawaian dan Hukum. Hadir pula perwakilan dari Esri Global, Inc, perusahaan asal Amerika Serikat yang disepakati sebagai kontraktor pelaksana dari proyek ini.
Dalam sambutannya Mr. Mark Dunn menyampaikan bahwa Negara Indonesia merupakan prioritas, sehingga sangat penting untuk membangun konektivitas melalui pengembangan informasi geospasial. Sementara itu Charge d'Affaires duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Kristen Bauer menyampaikan bahwa grant yang diberikan adalah untuk membangun informasi geospasial yang dibutuhkan oleh banyak lembaga pemerintah. Informasi geospasial dibuat sekali, namun dapat digunakan berkali-kali, oleh karena itu investasi untuk pengembangan informasi geospasial adalah sangat strategis, karena dari semua kegiatan pemerintah, hampir 90% diantaranya membutuhkan dukungan informasi geospasial. Kristen Bauer juga mengatakan bahwa perusahaan Amerika Serikat telah berperan penting dalam pengembangan informasi geospasial di Indonesia.
Pada kesempatan ini, Kepala BIG menyampaikan bahwa banyak perubahan penting terkait dengan transformasi dari Bakosurtanal ke BIG, sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial. Pertama, BIG tidak saja membuat peta namun membangun informasi geospasial, tentu saja di dalamnya terdapat kegiatan survey dan pemetaan seperti yang dilakukan oleh Bakosurtanal. Peta yang dibuat sekarang ini tidak hanya dalam dalam bentuk kertas tetapi dalam format digital, dengan kualitas yang bagus dan informasi yang benar dan digunakan untuk berbagai keperluan. Kedua, informasi geospasial sarat dengan teknologi tinggi sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (ICT). BIG mendapatkan mandat untuk membangun Informasi Geospasial Dasar (IGD) yang terdiri dari jarring control geodesi dan geodinamika dan peta dasar. Asep Karsidi menegaskan bahwa hanya BIG yang boleh membangun Informasi Geospasial Dasar ini. Sementara untuk pembangunan Informasi Geospasial Tematik bisa dilakukan oleh instansi lain namun harus menggunakan IGD sebagai referensi.
Bagian terpenting dalam pembangunan informasi geospasial di Indonesia adalah penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) geospasial secara nasional. Dengan kemajuan teknologi, informasi geospasial dapat dibuat dengan lebih mudah dan dalam waktu singkat. Namun pembangunan SDM geospasial membutuhkan waktu yang lama. Untuk itu, Kepala BIG berterima kasih atas prakarsa pemberian hibah yang tentunya akan mempercepat pengembangan kapasitas SDM geospasial di Indonesia.