Senin, 04 November 2024   |   WIB
id | en
Senin, 04 November 2024   |   WIB
Hasil Pertemuan Kedua CBDRF RI - Malaysia 22-26 Juli 2013

Seperti diketahui, saat ini di sepanjang perbatasan Indonesia - Malaysia  sudah terpasang pilar batas sebanyak kurang lebih 19.328 pilar yang merupakan merupakan hasil joint demarcation survey kedua negara sejak tahun 1973-2000. Namun demikian keseluruhan pilar batas tersebut beserta koordinat resminya diukur menggunakan datum Timbalai dan digambarkan menggunakan sistem proyeksi Rectified Skew Orthomorphic (RSO) yang merupakan sistem pemetaan yang lazim digunakan oleh Malaysia. Masalah yang sering terjadi kemudian adalah seringnya terjadi kesalahpahaman di masyarakat yang menganggap pilar batas bergeser karena perbedaan koordinat pilar ketika diukur misal menggunakan GPS handheld, sedangkan yang sebenarnya terjadi adalah perbedaan nilai koordinat tersebut dikarenakan perbedaan sistem yang dipakai antara GPS dengan sistem koordinat pilar batas.

Untuk meminimalisir permasalahan tersebut antara Indonesia - Malaysia menginisiasi untuk melakukan transformasi koordinat pilar batas kedalam sistem WGS84 dengan menggunakan parameter transformasi yang telah dirumuskan kedua negara. Permasalahan yang terjadi adalah bahwa data awal pada saat dilakukan pengukuran batas tidak bersifat homogen, sehingga di beberapa segmen penyimpangan koordinatnya terlalu besar jika hanya dilakukan transformasi koordinat Untuk mengatasai permasalahan ini kedua negara sepakat untuk melakukan pengukuran ulang menggunakan GNSS di sepanjang perbatasan namun dalam interval jarak tertentu. Untuk membicarakan hal tersebut, maka dibentuk forum Special Discusion for Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) Indonesia - Malaysia dan diagendakan untuk melakukan pertemuan dua kali tiap tahunnya.

Bertempat di Impiana Hotel Ipoh, Malaysia telah diselenggarakan pertemuan kedua CBDRF Indonesia – Malaysia untuk tahun ini. Pertemuan ini sebagai tindak lanjut dari pertemuan pertama di Jakarta pada 29 April-3 Mei 2013 yang lalu. Seperti sudah diagendakan sebelumnya, pertemuan ini untuk melaporkan hasil perataan dan analisis koordinat pilar batas Indonesia - Malaysia untuk sektor G001-H062 dan Z/D001-X1382. Untuk segmen G001-H062 yang terdiri dari 759 pilar, RI dan Malaysia sepakat untuk menggunakan interval jarak 10 Km karena nilai error nya hanya 3 cm, masih di bawah toleransi sebesar 5 cm. Untuk segmen Z/D001-X1382 yang terdiri dari 3031 pilar, kedua negara sepakat untuk menggunakan interval 5 Km atau alternatif 2.5 Km. Sampai saat ini, sudah sekitar 10.300 atau 55.6 % pilar batas yang berhasil diinventarisir, dan ditargetkan pada 2016 keseluruhan segmen sudah selesai diinventarisir, untuk kemudian dilanjutkan dengan tahap selanjutnya yaitu joint survey.

Selain laporan hasil perataan dan analisis, disepakati juga penggunaan parameter transformasi koordinat bersama karena selama ini baik Indonesia maupun Malaysia mempunyai parameter masing-masing. Namun demikian penggunaan parameter transformasi ini hanya untuk keperluan pembuatan Peta Joint Border Mapping (JBM), bukan untuk mendapatkan nilai koordinat hasil transformasi.

Hasil dari pertemuan ini nantinya akan dilaporkan pada tingkat yang lebih tinggi yaitu forum Joint Working Group for Common Border Datum Reference Frame and Joint Border Mapping (JWG CBDRF & JBM) pada bulan September mendatang di Langkawi, Malaysia (AVB).