Selasa, 26 November 2024   |   WIB
id | en
Selasa, 26 November 2024   |   WIB
Warta Bako Oktober 2005 Edisi I



SEMARAK HUT KE-36 BAKOSURTANAL

 

Pada tanggal 17 Oktober, 36 tahun silam, dikeluarkanlah Keputusan Presiden nomor 83 tentang pendirian Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional atau biasa disingkat BAKOSURTANAL. Pada tanggal itu pula diperingati hari ulang tahun BAKOSURTANAL.

Di ulang tahun BAKOSURTANAL yang ke-36 kali ini diselenggarakan berbagai kegiatan, di antaranya: open house, bedah buku, peresmian gedung Balai Diklat dan penanaman pohon bio energi, aksi sosial, dan halal bil halal.

Menandai rangkaian kegiatan ini diawali dengan Open House bagi siswa-siswi SMP dan SMU di Cibinong. Pengguntingan pita pembukaan acara ini dilakukan langsung oleh Kepala BAKO-SURTANAL Bapak Matindas. Selanjutnya dilakukan peninjauan ke stand setiap pusat di lingkungan BAKOSURTANAL.

Acara yang diselenggarakan di Auditorium BAKOSURTANAL ini diikuti oleh 9 pusat dan 2 balai, yaitu Pusat Pemetaan Dasar Rupabumi dan Tata Ruang (PDRTR), Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaran (PDKK), Pusat Geodesi dan Geodinamika (PGG), Pusat Survei Sumber daya Alam Darat (PSSDAD), Pusat Survei Sumber daya Alam Laut (PSSDAL), Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Pusat Atlas, Pusat Sistem Jaringan dan Standarisasi Data Spasial (PSJSDS), dan Balai Penelitian Geomatika dan Balai Diklat yang tergabung dalam Pusat Pelayanan Jasa dan Informasi.

Masing-masing pusat memamerkan hasil produksi, peralatan survei dan pemetaan, foto-foto dan video, dan lain sebagainya. Banyak hal yang menarik minat para siswa-siswi untuk mengetahui lebih jauh tentang survei dan pemetaan. Mereka sangat gembira ketika dapat melihat kesan tiga dimensi dari stereoskop untuk mengamati foto udara, bahkan mereka rela antri sangat panjang berkelok-kelok. Stereoskop dan sepasang foto udara tersebut dipamerkan oleh Balai Penelitian Geomatika. Selain itu mereka sangat bahagia juga ketika mendapatkan peta dinding yang dibagikan secara gratis oleh Pusat Atlas.

Sementara itu Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut menampilkan berbagai koleksi karang dan kerang yang dikumpul-kan dari berbagai hasil survei mereka, seperti di Pulau Derawan-Kalimantan Timur, Pulau Salura Nusa Tenggara Timur, dan daerah lainnya. Di sisi lain, dipamerkan pula perlengkapan diving, yang biasa digunakan untuk survei bawah laut. Pada kesempatan ini pula, Bapak Matindas meminta peragaan penggunaan alat tersebut. Meskipun terasa berat sekali, Bintar Guridno, staf PSSDAL, memperagakannya dan menjelaskan bagaimana semestinya yang harus dilakukan dengan alat tersebut.

Sedangkan Pusat Pemetaan Dasar Rupabumi dan Tata Ruang menampilkan hasil survei udara terakhir pada bulan Mei-Juni 2005 di sepanjang pantai barat Nangroe Aceh Darussalam. Hasil survei udara tersebut berupa foto udara digital yang memiliki resolusi medan hingga 2 meter.

Pusat Geodesi dan Geodinamika memamerkan peralatan di stasiun pasang surut dengan berbagai tipe. Rekaman data pasang surut pada kejadian tsunami 26 Desember 2004 yang tercatat di stasiun pasut Sibolga, dipamerkan pula. Terdapat pula peta sebaran stasiun pasang surut yang diberi lampu kedap-kedip sehingga tampak sangat menarik.

Pusat Pemetaan Batas Wilayah menampilkan video survei batas negara Indonesia-Timor Leste. Di bagian depan stand terdapat simulasi tugu batas negara Indonesia-Timor Leste yang prasastinya ditandatangani oleh Menlu Hasan Wirajuda dari Indonesia dan Menlu Ramos Horta dari Timor Leste.

Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan tidak keting-galan pula, mereka menampilkan peta-peta batimetri dan LPI. Pusat Sistem Jaringan menampilkan program IDSN (Infrastruktur Data Spasial Nasional) yang sangat kencang didengungkan oleh BAKOSURTANAL.

Acara yang hanya berlangsung 3 hari ini ternyata tak pernah sepi dari kunjungan. Setiap hari mengalir siswa-siswi yang diantar oleh guru-guru mereka. Siswa-siswi tersebut juga sangat antusias ingin mengetahui dan bertanya lebih jauh tentang survei dan pemetaan yang dilakukan BAKOSURTANAL. Demikian pula dengan para penjaga stand, tidak jemu-jemunya menerangkan kepada mereka berbagai hal yang tentunya akan menambah wawasan mereka.(ac/yd)

Kembali Ke Atas


BEDAH BUKU ‘Peneliti Membanyol’

Salah satu kegiatan dalam rangkaian HUT ke-36 BAKOSURTANAL, diselenggarakan bedah buku ‘Peneliti Membanyol’ karya Sukendra Martha. Beliau adalah mantan peneliti senior di lingkungan BAKOSURTANAL. Namun sekarang mengemban tugas secara struktural sebagai Sekretaris Utama BAKOSURTANAL.

Meskipun beliau harus melepas jabatan fungsional sebagai peneliti tetapi masih berperan aktif menulis buku, dan aktivitas peneliti lainnya. Setidaknya pada tahun 2005, beliau telah menulis 2 buku, salah satunya “Peneliti Membanyol’.

Buku ini bersifat pemaparan maka yang diungkapkan sudah barang tentu berkaitan dengan hal-hal yang berupa anekdot, sindirian, dan kritik terhadap kehidupan para peneliti khusus-nya, dan kegiatan riset dan tekno-logi pada umumnya. Demikian salah satu petikan sambutan Kepala BAKSOURTANAL R.W. Matindas, mengomentari buku ini.

Pembedah buku ini adalah Indria Samego, peneliti senior di LIPI, dan Budiman, wartawan Suara Pembaruan. Sebagai moderator Rohman Djaja dari BAKOSURTANAL.

Pembahasan pertama diberikan kesempatan kepada Indria Samego. Beliau memuji kreativitas yang sangat mahal karena umumnya peneliti akan menulis jika ada penghargaannya. Namun, apa yang ditulis oleh Sukendra Martha sama sekali tidak berkaitan dengan bidang penelitiannya, sehingga tidak ada ada nilainya. Hal ini sangat jarang dilakukan oleh para peneliti lainnya.

Diungkapkan oleh Mas Mego, demikian sapaan akrab Sukendra kepada beliau, peneliti pada saat ini lebih sering bekerja di luar instansinya atau diistilahkan dengan ‘ngasong’ atau ‘ngamen’.

Budiman, sebagai penyunting buku ini menilai bahwa buku ini sangat ilmiah, karena merupakan gambaran kondisi riil di lapangan. Berbeda dengan buku-buku humor yang dijual di toko-toko buku, yang sebagian besar merupakan karangan yang bersifat pembu-nuhan karakter seseorang. Sedangkan buku yang ditulis oleh Sukendra ini bersifat humanity (kemanusiaan).

Yang pasti buku ini menarik untuk dibaca, baik di saat senggang maupun santai, karena peneliti memiliki ciri khas yang unik.(ac)

Kembali Ke Atas