Jumat, 01 November 2024   |   WIB
id | en
Jumat, 01 November 2024   |   WIB
Warta Bako Edisi II Maret 2006




MoU BAKOSURTANAL DENGAN SOUTHERN SUN SONAR AND MAPPING (SSSM) AUSTRALIA

Pada hari Rabu tanggal 22 Maret 2006, di Gedung Utama BAKOSURTANAL, dilakukan penandatanganan naskah kerjasama antara BAKOSURTANAL dengan Southern Sun Sonar and Mapping (SSSM), New South Wales, Australia. Kerjasama ini dilakukan untuk survei dan pemetaan saluran-saluran paleo di Lempeng Sunda dengan tujuan mencari bukti peradaban Zaman Es Prasejarah. Naskah kerjasama ditandatangani oleh Sekretaris Utama BAKOSURTANAL Sukendra Martha dan Hans Berekoven, Project Director SSSM.

Tujuan penelitian yang dilakukan untuk membuktikan hipotesa Peradaban India dan Cina Kuno didahului oleh Peradaban Lempeng Sunda Prasejarah. Peradaban ini telah hancur akibat naiknya permukaan air laut pada Zaman Es. Tujuan lainnya untuk membuktikan bangsa Austronesia bukan berasal dari Taiwan . Demikian pula pola migrasi bukan dari Cina dan Taiwan ke Indonesia , tetapi terjadi sebaliknya.

Untuk pembuktian hipotesa tersebut maka akan dilakukan survei batimetri. Dalam survei batimetri ini akan digunakan teknologi Yellow Fine Sonar Side Scan.

Pihak BAKOSURTANAL dalam kegiatan ini akan menjadi koordinator, administrator dan penghubung dengan lembaga-lembaga terkait. (AC)

Kembali Ke Atas


Matindas : CARA CERDAS MENYIKAPI DATA SPASIAL

Kita perlu menyikapi data spasial secara cerdas. Cara-cara cerdas itu bagaimana? Kita menghabiskan uang banyak sekali untuk duplikasi pekerjaan untuk kebutuhan yang lain-lain, tetapi daerahnya sama dan datanya sama. Bagaimana kita mencari cara cerdas untuk share (membagi-red) data yang dihasilkan tetapi juga dapat createrevenue (membuat pemasukan-red) untuk membiayai kegiatan-kegiatan ini.

Ungkap Kepala BAKOSURTANAL Rudolf W. Matindas dalam Lokakarya Pembahasan Pusat Informasi Spasial Provinsi (PISP) MCRMP, pada hari Selasa 21 Maret 2006 di Jakarta. Acara yang dibuka oleh Dirjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (P3K) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Widi Agoes Pratikto dihadiri oleh Bappeda dari 15 provinsi penerima hibah MCRMP.

“Sebelumnya kita mengenal proyek-proyek seperti LREP (Land Resources Evaluation and Planning Project ), MREP (Marine Resources Evaluation and Planning Project), DMRP (Digital Marine Resources Planning), sekarang dengan adanya DKP, kita punya MCRMP (Marine and Coastal Resources Management Project). Kita mengharapkan proyek ini lebih mengerucut daripada yang sebelumnya. Tidak seperti yang sebelumnya, bersifat institutional strengthen. Proyeknya selesai, ke mana inventarisasi dari proyek itu?” tanya Matindas.

Ironi ini juga disayangkan oleh Widi, “Jangan sampai the end of the project is the death of the data.”

Dirjen P3K DKP menekankan pada daerah, seharusnya ada suatu obligasi untuk memiliki pusat data yang dibentuk. Proyek ini merupakan hibah dari ADB (Asian Development Bank) yang kini diperpanjang hingga tahun 2009. Perpanjangan ini merupakan bagian dari strategi untuk persiapan keluar dari ketergantungan pihak asing.

Pembangunan PISP ini merupakan salah satu jawaban pemanfaatan data spasial secara lebih nyata di daerah. Selama ini pembangunan di Indonesia bersifat aspatial. Aspatial yaitu tinggal sebut saja, misalnya kemiskinan di provinsi Y, mungkin tepatnya di kabupaten mana, kecamatan mana, di desa mana, petanya seperti apa, kenapa dia miskin, apa jauh dari jalan? Belum ditampilkan secara nyata.

PISP ini dibangun di 15 provinsi penerima dana hibah MCRMP, yang kelak akan dikelola untuk pemberdayaan daerah. Melalui PISP ini pula BAKOSURTANAL akan memiliki kepanjangan tangan di daerah, sebagai sumber informasi data spasial dan juga membantu dalam pemanfaatan produk BAKOSURTANAL secara lebih nyata. Ini merupakan salah satu wujud pembangunan Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN), yang menjadi bagian visi dan misi BAKOSURTANAL. AC

Kembali Ke Atas


TEKNOLOGI GEOSPASIAL UNTUK KEPUTUSAN CEPAT, TEPAT DAN BERKUALITAS

“Kita melihat tsunami, lalu Badai Katrina di Amerika Serikat. Kebutuhan pengambilan keputusan dengan dukungan data yang lengkap, itu nyata sekali. Teknologi apa yang memungkinkan ini? Teknologi geospasial!”

Demikian diungkapkan Matindas pada acara Peluncuran Pameran Teknologi Geospasial Indonesia yang pertama (1 st Indonesian Geospatial Technology Exhibition), pada hari Kamis tanggal 23 Maret 2006. Pameran ini akan dilaksanakan pada tanggal 23-27 Agustus 2006 di Assembly Hall, Jakarta Convention Center .

Pameran ini dilatarbelakangi kepedulian BAKOSURTANAL terhadap perkembangan teknologi geospasial dan aplikasinya, yang memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan dunia, baik dunia bisnis maupun pemerintahan. Teknologi tepat guna ini akan membantu penyelesaian berbagai masalah secara lebih mudah dan terencana secara sistematis.

”Mengapa kita mengadakan pameran ini? Beberapa kali kita telah bekerjasama dengan pihak luar negeri. Tetapi kita melihat bahwa kemampuan nasional besar sekali. Pasar nasional juga sudah terbentuk. Kita juga ingin ada s u atu forum secara nasional yang tiap tahunnya ada. Agenda ini akan menjadi agenda tetap. Forum ini bisa digunakan untuk memperkenalkan perkembangan dari bisnis data geospasial, baik base management - nya, baik pengumpulan datan ya, maupun aplikasi-aplikasinya,” ujar Matindas.

Perkembangan teknologi geospasial berlangsung sangat cepat. Sebagai contoh adalah citra satelit. Kalau dulu citra satelit hanya mampu merekam obyek hingga kanopi pohon. Kemudian pada perkembangan berikutnya dapat merekam atap-atap rumah, dan kini dapat diinterpretasi hingga di bawah permukaan bumi. Di sisi lain, meskipun kemampuan meningkat namun harga semakin murah.

”Bagaimana keadaan di Indonesia? Kita melihat teknologi geospasial telah digunakan oleh berbagai pihak, tetapi disimpan dalam benteng-benteng data karena merasa ini data saya dan jangan diambil. Dari segi efisiensi dan efektifitas pembangunan, keadaan ini harus dirubah. Terlalu banyak pemborosan yang kita lakukan, dimana masing-masing membuat basis datanya sendiri. Dengan biaya yang sama untuk daerah yang sama tetapi dipakai untuk keperluan sendiri”, ungkap Kepala BAKOSURTANAL, Rudolf W. Matindas, pada peluncuran pameran ini.

Pameran ini akan menjadi agenda tahunan, sehingga dunia industri akan dapat memasukkan event ini di dalam agenda mereka pada setiap tahunnya. Melalui forum ini bisa dilakukan presentasi kemajuan-kemajuan teknologi beserta aplikasi-aplikasinya. Selain itu dapat menjadi sarana pendidikan dan ajang unjuk diri kemampuan bangsa Indonesia di bidang teknologi geospasial.

”Saya yakin kemampuan-kemampuan ini banyak sekali tetapi semua itu masih low profile. Kadang-kadang kita sendiri tidak tahu, di Indonesia itu sudah bisa begini. Ini yang kita inginkan tumbuh secara sehat, begitu pula dengan industri, dan juga kebutuhan kita terhadap data-data yang berkualitas untuk pembangunan dapat diperoleh secara cepat, tepat dan akurat,” kata Matindas.

Kegiatan ini didukung oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT), Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dan Departemen Dalam Negeri (Depdagri). Dari luar negeri didukung oleh IUGG (International Union of Geodesy and Geophysics), ISPRS (International Society of Photogrammetry and Remote Sensing), ICA (International Cartographic Association), PCGIAP (Permanent Committee on GIS Infrastructure for Asia and the Pacific), dan International Steering Committee for Global Mapping. AC