Jumat, 01 November 2024   |   WIB
id | en
Jumat, 01 November 2024   |   WIB
Warta Bako Desember 2005 Edisi I

 


 

LAUNCHING PUSAT PENGINDERAAN JAUH ITB DAN
WORKSHOP DOKUMENTASI ILMIAH GEMPA TSUNAMI NAD, 2004

Senin 28 Nopember 2005 bertempat di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), terdapat dua peristiwa yang cukup penting, yakni peresmian Pusat Penginderaan Jauh Institut Teknologi Bandung dan Workshop Dokumentasi Ilmiah Gempa Tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Acara yang diawali dengan sambutan Profesor Dr. Emmy Suparka, wakil rektor bidang Penelitian dan Kemitraan ITB berharap Pusat Penginderaan Jauh pada masa mendatang bisa memberikan kontribusi nyata, dapat memberikan solusi-solusi dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh bangsa Indonesia khususnya dan kawasan ASEAN umumnya. Fase terpenting yang perlu dilakukan adalah membangun networking dengan Institusi terkait, baik skala lokal, regional maupun internasional. Karena melalui jaringan ini maka fungsi dan manfaat Pusat Penginderaan Jauh ITB dapat tersosialisasi dengan baik, disamping akses ke dunia akademik dan industri penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) akan semakin mudah dilakukan.

Disamping itu menanggapi tindakan/inisiatif forum Remote Sensing dan SIG di Indonesia yang telah memberikan data dan informasi spasial kepada aparat pemerintah daerah, sukarelawan dan LSM di NAD, merupakan tindakan yang patut dicontoh sebagai suatu bentuk kebersamaan yang solid.

Sementara itu Kepala BAKOSURTANAL, dalam sambutannya mengingatkan kembali bahwa bencana tsunami tahun 2004 di NAD dan sebagian Sumatera Utara merupakan bencana alam terbesar pada zaman modern ini, jika dilihat dari jumlah korban jiwa maupun harta benda. Untuk itu masyarakat yang tinggal di sekitar pantai khususnya yang berada di jalur gempa sangat berisiko tinggi karena merupakan daerah yang rawan akan bencana gempa tektonik maupun gunung berapi (ring of fire). Oleh sebab itu dibutuhkan suatu strategi baru yakni ketahanan masyarakat yang berada di daerah tersebut dalam menghadapi bencana. Salah satu solusinya adalah kebutuhan akan data spasial, sudahkah data spasial tersedia tepat waktu maupun skalanya. Belajar dari pengalaman bencana tsunami di NAD dan sebagian Sumatera Utara, nampaknya diperlukan pendekatan dual teknologi untuk masyarakat, yakni disaat terjadi bencana maupun dalam kondisi aman.

Matindas juga berharap kehadiran Pusat Penginderaan Jauh ITB dapat memberikan sumbangan khususnya dalam penyediaan data spasial yang banyak dibutuhkan masyarakat, disamping segera membuat networking dengan perguruan tinggi.

Adapun Forum Remote Sensing dan GIS yang telah menyelenggarakan workshop untuk kelima kalinya ini, ternyata dibentuk mulai tahun 2000, beranggotakan sekitar 1300 orang yang berasal dari berbagai profesi dan tingkatan, bertujuan menampilkan dokumen-dokumen ilmiah dan populer tentang bencana di Aceh, demikian Hartanto yang menjabat sebagai wakil forum.

Sepatutnyalah diberikan acungan jempol terhadap apa yang telah dilakukan oleh rekan-rekan yang tergabung dalam forum tersebut, mengingat tanpa adanya budget khusus, mereka ternyata telah berupaya memberikan bantuannya berupa data spasial daerah Aceh yang dapat di-download melalui Web, hanya dalam waktu satu minggu sejak kejadian tsunami.(yl)