Jumat, 01 November 2024   |   WIB
id | en
Jumat, 01 November 2024   |   WIB
Tim EGI-BAKOSURTANAL berekspedisi ke Bali

Setelah sukses dengan dua ekspedisi sebelumnya, Tim Ekspedisi Geografi Indonesia (EGI) BAKOSURTANAL kembali melakukan studi fenomena geografi pada tahun 2007 ini dengan obyek Pulau Bali. EGI pertama dilakukan dengan rute Gunung Halimun hingga Pelabuhanratu pada tahun 2005, dilanjutkan dengan EGI kedua pada tahun 2006 antara Pantai Pangandaran hingga Tangkubanperahu (Jawa Barat bagian selatan).

“Meskipun kedua ekspedisi sebelumnya terkesan dengan lokus Jawa Barat, dan kini pada tahun 2007 dipilih Bali, karena berdasarkan pertimbangan geografis dan akademis tertentu,” jelas Sukendra Martha, Sekretaris Utama BAKOSURTANAL, ketika membuka EGI 2007 di Puri Agung Singaraja, Bali (Kamis, 21/06/2007).

Lanjut Sukendra, “Ekspedisi Geografi Indonesia ini merupakan suatu rangkaian perjalanan yang mengamati fenomena geografis pada suatu trase, yang meliputi unsur hayati (biotic), nir hayati (abiotic), budaya (culture), serta dampak lingkungan”.

Fenomena geografi hasil pengamatan para ahli tersebut, kemudian dirangkum menjadi tulisan ilmiah populer dan direkam dalam bentuk audio visual. Hasil ekspedisi ini diharapkan dapat memberikan wacana baru kepada masyarakat. Selain itu, mungkin pula ada temuan-temuan baru yang potensial, yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitarnya.

Kegiatan yang melibatkan para pakar dan praktisi dari berbagai macam latar belakang disiplin ilmu ini, terdiri dari empat kelompok. Kelompok A (Abiotik) terdiri dari pakar geologi, tanah, geodesi dan pemetaan; kelompok B (Biotik) diisi oleh ahli di bidang kehutanan, biologi, perikanan dan kelautan; kelompok C (Culture) adalah mereka yang konsentrasi terhadap antropologi, toponimi dan kepariwisataan; dan terakhir kelompok D (Dampak Lingkungan ) terdiri dari ahli lingkungan dan antropologi lingkungan.

Ekspedisi Bali 2007

Ekspedisi yang diawali pada hari Senin (18/06/2007), pertama kali melakukan observasi di sekitar lingkungan Bandara IG Ngurah Rai, Denpasar, kemudian dilanjutkan ke Pantai Ulu Watu dan tujuan terkahir pada hari itu adalah Pelabuhan Benoa. Hari kedua, tim dipecah menjadi empat kelompok untuk mengumpulkan data dari masing-masing instansi terkait di sekitar Denpasar. Hari berikutnya, tim ekspedisi menyusuri pulau dewata ini dari arah selatan (Denpasar) menuju ke utara-barat (Cekik), dan berakhir di Pantai Lovina, Buleleng.

Pada hari ketiga, setelah melakukan observasi di sekitar Buleleng-Tabanan, yaitu antara Danau Tamblingan, Buyan, Bratan dan Bedugul, tim ekspedisi dijamu oleh pengurus Puri Agung Singaraja. Pada hari itu pula dilakukan pembukaan, yang dilakukan oleh Sekretaris Utama BAKOSURTANAL, Sukendra Martha. Hadir pula dalam pembukaan ini Deputi Bidang Survei Dasar Sumberdaya Alam, Aris Poniman, Kepala Pusat Survei Dasar Sumberdaya Alam Darat dan Koordinator Tim EGI, Agus Hermawan Atmadilaga.

Keesokan harinya, tim melakukan observasi lumba-lumba di lepas Pantai Lovina, dengan dipimpin oleh I Made Mertha dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali. Perjalanan dilakukan ke Kintamani dan terakhir ke Danau Batur.

Dari Danau Batur, perjalanan hari berikutnya dilanjutkan ke Desa Tegalalang, yang merupakan pusat industri kerajinan, lalu ke Desa Ubud, Besakih, dan ke kebun salak di Desa Sidemen. Ekspedisi diakhiri di Kuta pada hari kedelapan, sekaligus ditutup pada hari itu juga. AC