Sabtu, 23 November 2024   |   WIB
id | en
Sabtu, 23 November 2024   |   WIB
Survei Potensi Landas Kontinen Indonesia

Selasa, 3 Oktober 2006, Deputi Pemetaan Dasar BAKOSURTANAL Chaerul Hafidin melepas Tim Hidrografi BAKOSURTANAL di Muara Baru, Tanjungpriok, Jakarta. Tim yang beranggotakan 34 orang akan melakukan survei daerah potensi batas landas kontinen Indonesia, tepatnya di sebelah selatan Kepulauan Nusa Tenggara.

Di antara 34 orang tersebut, terdapat lima personil BAKOSURTANAL, mereka yaitu: Mangindradjaja (Ketua Tim), M. Ramdan A.P, Fajar Triady, Wibowo dan Dede Amrillah. Personil lainnya berasal dari LIPI, Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) – DKP, Pusat Pemetaan Geologi Laut (PPGL) – ESDM, dan beberapa mahasiswa dari Teknik Geodesi UGM.

Tim Hidrografi akan melakukan survei di antara 200 mil laut Samudera Hindia (batas landas kontinen Indonesia - ZEE). Survei yang dilakukan dengan Kapal Baruna Jaya VIII, akan menentukan Foot of Slope yang memiliki potensi dinamis karena digunakan untuk menentukan batas terluar wilayah Indonesia. Hasil survei akan menjadi data acuan untuk perundingan batas wilayah Indonesia dengan Australia di bagian selatan Nusa Tenggara, yang saat ini pada peta Negara Kesatuan Republik Indonesia (keluaran Pusat Batas Wilayah BAKOSURTANAL) masih berupa garis merah putus-putus. Simbol ini menunjukkan bahwa belum ada persetujuan kedua negara tentang batas definitifnya.

Kapal Baruna Jaya VIII merupakan kapal riset tercanggih di Indonesia. Kapal buatan Norwegia tersebut memiliki alat multibeam echosounder EM 1002 dan singglebeam echosounder EA 500. Kedua alat ini mampu untuk mendeteksi kedalaman laut lebih dari 1000 meter, sehingga permukaan dasar laut dapat dipetakan dan nampak profilnya.
AC