Kepala Badan Pengelola Kawasan Segara Anakan (BPKSA) Supriyanto, Selasa (7/7), mengatakan, dari jumlah sedimen per tahun itu, 750.000 meter kubik di antaranya dari Sungai Citanduy, sisanya dari Sungai Cimeneng.
"Sekarang luas laguna kurang dari 800 hektar," ujarnya. Luasan itu seperlima dibandingkan luasan tahun 1984, yang sekitar 3.800 hektar. Selain menyempitkan laguna, material sedimentasi merusak habitat biota laguna beserta ekosistem di dalamnya.
Sejak tahun 1904, sedimentasi di laguna lebih dari 5 juta meter kubik. Jika tak segera ditangani, penumpukan sedimen di laguna kian tinggi. Saat ini celah Plawangan yang menghubungkan Segara Anakan dan laut lepas mulai tertutup. Padahal, celah itu sangat penting untuk mengalirkan sedimen dan air ke laut serta menjadi pintu masuk biota laut untuk memijah di laguna.
Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) di Citanduy dan Cimeneng menjadi penyebab sedimentasi. Sebagian besar DAS Citanduy berada di Jawa Barat.
Untuk mengatasi sedimentasi, BPKSA bekerja sama dengan instansi terkait akan melaksanakan program pemberdayaan masyarakat di Segara Anakan. Hal itu meliputi pembenahan aliran sungai, budidaya perikanan, dan pemanfaatan air hujan untuk sumber air. Langkah ini ditempuh karena sedimentasi mengakibatkan jatuhnya ekonomi masyarakat serta krisis sumber air bersih.
Tahun 2011, Segara Anakan akan dikeruk, khususnya di celah Plawangan.
Deputi III Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Emil Agustiono mengatakan, diperlukan strategi besar untuk menyelesaikan masalah Segara Anakan, termasuk normalisasi DAS Citanduy.