Jumat, 01 November 2024   |   WIB
id | en
Jumat, 01 November 2024   |   WIB
SBY Resmikan Sistem Peringatan Dini Tsunami

Kita semua sepakat, tidak ingin melihat kejadian gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh dan Nias, serta di Pantai Pangandaraan terulang kembali. Oleh karena itu, pemerintah didukung oleh berbagai negara dan badan internasional, sejak tahun 2005 telah membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesia-Tsunami Early Warning System, Ina-TEWS) di wilayah yang berpotensi rawan tsunami.

"Saat ini informasi gempa dan tsunami sudah dapat diinformasikan dalam waktu 5 menit. Kita mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam membangun sistem ini," ungkap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat meresmikan InaTEWS di kantor BMG, Kemayoran, Jakarta (Selasa, 11/11/2008).

SBY bangga dengan kemampuan putra-putri Indonesia yang dapat lebih cepat membangun sistem peringatan dini ini. Jika dibandingkan dengan pembangunan sistem serupa di negara lain yang memerlukan waktu hingga 50 tahun, agar bisa memproses informasi gempa dalam waktu 2 menit, Indonesia memerlukan waktu kurang lebih 3 tahun.

Dalam pidatonya, presiden juga memberikan apresiasinya kepada negara-negara sahabat atas dukungannya, sehingga sistem peringatan dini tsunami ini lebih cepat terealisasi.

"Marilah kita terus bekerjasama membangun kemitraan, agar lebih efektif lagi di dalam membangun sistem peringatan dini, maupun dalam rangka menghadapi berbagai bencana alam di seluruh dunia," ajak SBY.

Presiden pun mengingatkan, "Sistem peringatan dini tsunami yang beroperasi selama 24 jam terus menerus memerlukan pemeliharaan yang intensif. Saya minta kepada semua pihak terkait untuk memberikan perhatian kepada 2 hal penting. Pertama, pemeliharaan yang sebaik-baiknya kepada seluruh fasilitas. Berikan perawatan yang sebaik-baiknya terhadap sensor-sensor gempa, fasilitas processing dan sistem komunikasi serta sistem diseminasi warning-nya. Kedua, lakukan pemeliharaan yang sebaik-baiknya atas sistem back up untuk mengantisipasi jika sistem utamanya mendadak berhenti".

Sebelumnya, Kepala BMG, Sri Woro B. Harijono, melaporkan InaTEWS adalah suatu sistem peringatan dini tsunami yang komprehensif, di dalamnya telah diterapkan teknologi baru yang dikenal dengan Decision Support System (DSS). DSS adalah sebuah sistem yang mengumpulkan semua informasi dari hasil sistem monitoring gempa, simulasi tsunami, monitoring tsunami dan deformasi kerakbumi setelah gempa terjadi.

Kumpulan informasi ini merupakan faktor-faktor pendukung untuk menyiarkan berita peringatan dini tsunami dan evaluasi peringatan dini tsunami. Dari sistem monitoring tersebut, DSS menawarkan jenis berita atau peringatan dini yang harus diambil oleh operator pada waktu yang ditentukan melalui GUI (Graphic User Interface).

Unsur yang tidak kalah pentingnya dalam sistem peringatan dini tsunami adalah sistem diseminasi InaTEWS. Untuk mendukung penyebaran informasi dari Pusat Peringatan Dini Tsunami ke masyarakat beberapa wahana telekomunikasi telah disiapkan, diantaranya adalah e-mail, SMS, faksimili, website, serta alarm, sedangkan sarana komunikasi yang digunakan seperti Leased line, VSAT, Internet dan lainnya.

Informasi Peringatan Dini Tsunami di Indonesia sampai saat ini bertumpu dari hasil pemantauan seismik, yang diperoleh dari jaringan seismik InaTEWS. Informasi dini yang didasarkan pada observasi seismik kemudian dikonfirmasikan dari hasil observasi gelombang laut (menggunakan tsunameter/Dart-bouy dan tide gauges) dan deformasi dan monitoring Tide gauges dan GPS oleh BAKOSURTANAL.

InaTEWS masih tergantung pada jaringan seismik, agar akurasi Tsunami Warning yang dikeluarkan mempunyai tingkat akurasi tinggi harus didukung dengan hasil pengamatan lainya yakni GPS, buoy, maupun Tide gauges. Monitoring buoy dilaksanakan oleh BPPT.

InaTEWS dapat terwujud berkat suatu kerjasama instansi-instansi pemerintah. Presiden pun berharap agar instansi pemerintah dan swasta serta komponen bangsa lainnya untuk saling bersinergi dan bekerjasama dalam penelitian dan riset untuk mengembangkan sistem dan peralatan mitigasi bencana.

SBY pun berharap, "Dengan berbagai upaya itu, insya Allah kita akan memiliki tatanan mitigasi dampak bencana nasional yang lebih kokoh dan lebih baik di masa depan."AC