Peningkatan Kualitas Produk Tematik BAKOSURTANAL
Kepala BAKOSURTANAL, Asep Karsidi, mendapatkan masukan untuk meningkatkan kualitas produk peta-peta dasar dan peta tematiknya. Saran itu dilontarkan oleh para pakar dan akademisi pada acara Sarasehan Komunitas dan Ahli Geospasial Tematik di Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta (Jum’at, 16 Juli 2010).
Secara khusus, para praktisi itu menyoroti peta tematik produk BAKOSURTANAL hendaknya dapat mengembangkan dan menekankan pada sisi aplikasinya, tetapi tidak merambah pada pembuatan peta yang bersifat sektoral dan telah dilakukan instansi lain. Peta-peta tematik aplikatif yang dimaksud misalnya peta kemiskinan, peta rawan bencana, peta tematik yang terkait dengan energi, peta yang terkait dengan fungsi Indonesia dalam dunia internasional, peta-peta kelautan, dan data spasial tematik terkait dengan lingkungan hidup dan perubahan iklim, yang saat ini sangat dibutuhkan untuk memecahkan berbagai masalah bangsa.
Berbagai produk hukum pun menuntut BAKOSURTANAL untuk dapat menghasilkan peta dan data spasial tematik, sehingga dapat diimplementasikan di masyarakat. Aspek-aspek itu antara lain UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, UU Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, dan UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Hadir dalam sarasehan yaitu Dekan Fakultas Geografi UGM Prof. Dr. Suratman Worosuprojo, M.Sc, Direktur Sekolah Pascasarjana UGM Prof. Dr. Hartono, DESS, Kepala PUSPICS UGM Projo Danoedoro, Senat UGM Prof. Dr. Totok Gunawan, beberapa guru besar lain, staf pengajar Fakultas Geografi, dan para akademisi dari perguruan tinggi lain di Yogyakarta dan Surakarta (UMS dan UNS).
Dari BAKOSURTANAL, selain Kepala Bakosurtanal hadir pula Sekretaris Utama Sukendra Martha, plt Deputi Bidang Survei Dasar dan Sumberdaya Alam (SDSDA) Suwahyuono, dan tim dari Kedeputian SDSA BAKOSURTANAL. Hadir pula perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Bantul.
Laboratorium Geospasial
Usai acara sarasehan, Kepala Bakosurtanal dan tim dilanjutkan berkunjung ke Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis, Kabupaten Bantul. Dalam kesempatan tersebut, Kepala Bakosurtanal memberi arahan kepada pihak pengelola, pertama yaitu memperjelas konsep dan fungsi dari setiap bangunan gedung, apakah akan menjadi museum atau sebuah laboratorium penelitian sebab terminologi keduanya berbeda.
Kedua, perlu mensinergikan dan bekerjasama dengan beberapa instansi yang menangani masalah pesisir, terutama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ketiga, Laboratorium Geospasial harus memiliki ciri khas khusus yang membedakan dengan laboratorium sejenis lainnya di Indonesia, serta memiliki nilai ‘jual’ kepada masyarakat luas.
Oleh Fakhrudin dan M.Yulianto