Setelah lebih dari enam dasawarsa, Indonesia resmi memiliki Atlas Nasional, yang diluncurkan pada Hari Kamis, 5 Februari 2009 bertempat di Hotel Sahid, Jakarta. Perlu diketahui, atlas yang dipakai selama ini merupakan keluaran pemerintah Hindia Belanda yang dibuat tahun 1938, sebagaimana dijelaskan oleh Kepala BAKOSURTANAL, Rudolf W. Matindas. Selain atlas terbitan Hindia Belanda, banyak juga atlas yang membahas wilayah nusantara secara sepotong-potong dan belum merupakan informasi resmi nasional.
Lebih lanjut, Matindas menjelaskan bahwa Atlas Nasional Indonesia dapat menjadi media promosi tentang Indonesia, dan media pembelajaran yang dikemas dalam bentuk buku yang berisikan peta tematik, deskriptif, gambar, foto dan citra satelit yang disusun secara sistemtik sehingga membentuk informasi tentang fenomena, potensi dan sumberdaya alam.
Atlas Nasional Indonesia dikemas dalam 3 volume, yakni Volume I menyajikan informasi tentang Kondisi Fisik dan Lingkungan seperti geologi, iklim, geomorfologi, kelautan, gunung api, rawan bencana, konvensi dan penutupan lahan. Volume II berisi Potensi dan Sumberdaya, sedangkan Volume III tentang Sejarah, Wilayah, Penduduk, Budaya dan Bahasa. Pada kesempatan ini, baru Volume I yang diluncurkan , sedangkan untuk Volume II akan diselesaikan pada Tahun 2009 ini, dan Volume III dirampungkan Tahun 2010.
Atlas yang diluncurkan ini merupakan produk bersama antara BAKOSURTANAL dengan beberapa instansi, seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Geologi Departemen ESDM, Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL, Departeman Kelautan dan Perikanan (DKP), Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), serta Majalah National Georaphic Indonesia.
Untuk mengetahui kandungan isi Atlas Nasional Indonesia secara detil, silakan menghubungi Pusat Pelayanan Jasa dan Informasi Bakosurtanal pada telepon 021-8753155.(KAH)
Berita terkait: http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/06/00444029/atlas.nasional.indonesia.pertama.diluncurkan