Sabtu, 23 November 2024   |   WIB
id | en
Sabtu, 23 November 2024   |   WIB
Paparan Kegiatan BAKOSURTANAL di Pahuwato

Suatu kegiatan tidak dapat dirasakan hasilnya jika belum dapat dimanfaatkan, terutama oleh masyarakat secara umum. Demikian halnya dengan semua kegiatan yang dilakukan oleh BAKOSURTANAL.

Sosialisasi dan penerangan tentang kegiatan yang telah dan akan dilakukan oleh BAKOSURTANAL pun dilakukan di Kabupaten Pohuwato, salah satu wilayah yang menjadi obyek kajian spasial oleh tim survei sumberdaya alam. Program-program BAKOSURTANAL seperti Neraca Terumbu Karang, Neraca Komoditas Tanaman Pangan Jagung, Ekspedisi Geografi Indonesia 2009 dan Pembangunan Basisdata untuk Pesisir dan Laut, dipaparkan oleh tim teknis dari BAKOSURTANAL dihadapan Asisten I Bupati Pohuwato, Kepala Bappeda, para kepala dinas, camat, kepala desa, LSM, dan perwakilan lembaga terkait lainnya (Rabu, 18 Februari 2009).

Dewayani, Kepala Bidang Basisdata Sumberdaya Alam Laut BAKOSURTANAL, menjelaskan kegiatan neraca terumbu karang ini seperti menghitung saldo dari aktiva dan pasiva tabungan kita, yaitu tabungan yang berupa terumbu karang untuk anak cucu kita. Dari hasil studi yang dilakukan, dengan membandingkan data yang sama pada tahun 2001 dan hasil survei tahun 2007, nampak di beberapa wilayah di Pohuwato mengalami degradasi. Penurunan kualitas itu terjadi akibat perambahan karang oleh penduduk setempat. Meskipun demikian, ada pula wilayah-wilayah lain yang mengalami peningkatan kualitas terumbu karang, yang tak lain karena kesadaran mereka untuk menjaga terumbu karang sebagai suatu habitat ikan karang.

Selanjutnya, Khifni Soleman dari Pusat Survei Sumberdaya Alam Darat BAKOSURTANAL, menjelaskan kegiatan Ekspedisi Geografi Indonesia 2009 yang akan dilakukan di Provinsi Gorontalo. Dalam ekspedisi ini salah satu obyek yang dikaji berada di wilayah Pohuwato, mulai dari keberadaan Suku Bajo, toponimi Pohuwato, habitat burung Maleo, komoditas tanaman jagung, dan beberapa topik lainnya yang perlu diangkat dan dipublikasikan ke dalam sebuah buku ilmiah populer. Seperti ekspedisi yang telah dilakukan sebelumnya, kajian dilakukan berdasarkan unsur abiotik, biotik, kultur, dan dampak lingkungan yang terjadi akibat pengaruh aktifitas yang dilakukan oleh manusia.

Asisten I Bupati Pohuwato, Rustam Akuba, berterima kasih kepada BAKOSURTANAL, karena studi yang dilakukan di daerahnya sangat bermanfaat untuk masyarakat. Kepala Bappeda, Hikman Kahidar, pun menilai sosialisasi yang dilakukan oleh BAKOSURTANAL cukup sukses, jika ditilik dari respon yang diungkapkan oleh para peserta.

Berbagai pertanyaan dan saran dilontarkan oleh peserta menanggapi paparan tim teknis BAKOSURTANAL, mulai dari potensi tsunami di wilayah Pohuwato, tidak ada kewenangan yang jelas antar setiap dinas terhadap wilayah konservasi, pemahaman yang salah tentang habitat burung Maleo, potensi budidaya mutiara yang perlu diangkat ke publik, hingga sengketa Pulau Bitila antara Pohuwato dan Boalemo.

Tim dari BAKOSURTANAL pun menjawab berbagai pertanyaan itu dengan sebaik-baiknya. Seperti tentang masalah Pulau Bitila, sebaiknya antara Pohuwato dan Boalemo duduk bersama didampingi oleh tim teknis dari BAKOSURTANAL yang menangani batas wilayah. Kedua belah pihak perlu memiliki kesepahaman yang sama tentang penarikan batas wilayah, sebelum dilakukan klarifikasi di lapangan.

Apapun itu, tentu saja hasil yang diharapkan tidak saling merugikan kedua belah pihak, tetapi akan semakin meningkatkan pontensi sumberdaya alam wilayah tersebut.

Oleh Agung Christianto

Berita terkait: 

Bakorsurtanal Petakan Potensi Laut Torosiaje