Jumat, 01 November 2024   |   WIB
id | en
Jumat, 01 November 2024   |   WIB
Pangan dan Energi Tidak untuk Dikorbankan

Di antara hal-hal penting, yang uncompromised, dan tidak boleh dikorbankan, adalah persoalan ketahanan pangan dan ketahanan energi, demikian papar Joyo Winoto, Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), saat membuka Talk Show dan Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Ikatan Surveyor Indonesi (ISI) dan Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI), di Jalan Asia Afrika, Bandung, Rabu (4 Maret 2009).

Kegiatan yang diselenggarakan oleh dua himpunan profesi ini memiliki peranan yang sangat penting, terutama dengan ketahanan pangan dan energi, sesuai dengan tajuk acara, yaitu Peran Informasi Geospasial Pertanahan untuk Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi.

Kegiatan yang dihadiri lebih dari 300 peserta, baik yang berasal dari kedua himpunan tersebut, akademisi, birokrasi, dan umum, menampilkan pembicara utama dari Wawan (Pemprov Jawa Barat), Rudolf W. Matindas (Kepala BAKOSURTANAL), Rektor Universitas Padjadjaran, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), dan anggota legislatif, Bomer Pasaribu, dipandu oleh presenter televisi Tina Talisa.

Sebelummnya, Joyo Winoto menjelaskan dua hal yang terkait dengan peranan kedua organisasi penyelenggara kegiatan ini, yaitu Ketahanan Pangan dan Energi Tanpa Kompromi, dan Transformasi Ekonomi dan Transformasi Penggunaan Lahan.

Menurut Joyo, di dalam konteks hubungan internasional peran kesejarahan dari masing-masing Negara, budaya dari masing-masing bangsa, tetap memegang peranan penting untuk memastikan kepentingan dari suatu masyarakat dalam suatu negara, bangsa dari suatu negara, dan terakomodir serta terus berkembang.

Kepala BPN juga mengungkapkan pertanyaan, di dalam konteks kita saat ini, di kala komoditas barang, jasa, teknologi, apapun itu melaju dengan cepat, melalui perdagangan atau transmisi-transmisi yang lain, apa saja di dalam negeri ini yang boleh dibuka dan boleh dilepas?

"Kalau itu ‘iya', toh tersedia di pasar internasional," papar Joyo.

"Pertanyaannya kemudian, apakah kita tidak meletakkan kepentingan rakyat, kepentingan bangsa, dan kepentingan negara, di dalam titik yang rentan, di dalam wilayah yang rentan?" tanya alumnus IPB ini.

Kalau begitu, pertanyaannya apa saja hal-hal penting yang tidak boleh dikorbankan di dalam konteks rakyat, bangsa dan negara itu, dalam konteks hubungan internasional? Ditambah lagi kita juga menghadapi persoalan-persoalan di dalam negeri.

Di antara hal-hal penting, uncompromised, dan tidak boleh di-sacrificed, adalah persoalan ketahanan pangan dan ketahanan energi.

Perkembangan apapun yang dialami setiap bangsa mengharuskan pertanian dan pangannya kuat terlebih dahulu. Setiap negara yang struktur ekonomi, struktur politik, struktur sosialnya mapan, dan negara-negara berkembang adalah negara-negara yang pangan dan energinya secure.

Pada kesempatan lain, Kepala BAKOSURTANAL, Rudolf W. Matindas, mengulas pentingnya penguasaan teknologi, peningkatan sumberdaya manusia dan pemanfaatan data dengan sebaik-baiknya untuk menjaga ketahanan pangan dan energi.

Matindas mengutarakan, jika berbicara tentang ketahanan pangan kita juga harus melihat peningkatakan jumlah penduduk. Sembari membuka data yang dimiliki, Matindas menjelaskan pada tahun 2015 diproyeksikan penduduk Indonesia berjumlah 246,8 juta jiwa, terbesar keempat di dunia. Sedangkan lahannya tetap. "Mau kasih makan dari mana?" tanya Matindas.

Kondisi ini diperburuk dengan krisis energi dunia, yang mengakibatkan harga minyak naik dengan sangat pesat. Sehingga kini orang mulai beralih ke bio-energi, yang artinya sama seperti mengkonversi lahan pertanian yang semestinya untuk pangan.

Selanjutnya, total kebutuhan dan ketersediaan pangan akan menjadi timpang, jika penataan lahaannya tidak dilakukan secara serius, jelas Kepala BAKOSURTANAL.

Data-data yang tersedia di Indonesia untuk lahan, yang berupa pemetaan tanah, umumnya merupakan data lama dan dalam skala kecil. Meskipun nilainya sangat strategis, tetapi anggaran untuk pemetaan lahan ini sangat kecil.

Keseriusan BAKOSURTANAL dalam mengelola data lahan atau ruang, ditunjukan oleh Matindas, dengan melakukan pembangunan Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN). Di dalam IDSN ini bukan hanya diatur siapa membuat apa, tetapi juga bagaimana pemanfaatannya, terutama untuk pengambilan kebijakan.

Acara yang berlangsung selama satu hari ini, memberikan arti penting peranaan himpunan-himpunan profesi, terutama untuk kebaikan bangsa ini.

Oleh Agung Christianto