Oleh Rudolf W. Matindas (Kepala Bakosurtanal)
Sejak dulu hingga kini, kata-kata seperti apa, di mana, kenapa, siapa, kapan, dan bagaimana, selalu menjadi pertanyaan menarik bagi banyak kalangan, baik itu pelaku politik, ekonomi, sosial, budaya, hankam, maupun bisnis media massa. Wajar saja demikian, karena jawaban dari pertanyaan tersebut merupakan kebutuhan untuk dapat membuat keputusan di berbagai bidang kehidupan secara akurat dan cepat.
Dalam menyusun kebijakan ekonomi makro dan mikro, misalnya, dibutuhkan jawaban akurat dan cepat dengan cakupan bervariasi, mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, sampai internasional. Hal serupa juga digunakan dalam menangani masalah kesehatan, akses terhadap air bersih, penciptaan lapangan kerja, pengurangan jumlah penduduk miskin, penanganan bencana alam, pelestarian lingkungan hidup, manajemen sumber daya alam, hankam, serta kesejahteraan sosial. Ini penting agar keputusan itu mampu meraih sejumlah keuntungan dan menghemat biaya.
Analoginya sama seperti bisnis media cetak dan elektronik di mana prinsip 5 W (what, where, why, who, when), 1 H (how), serta keakuratan dan kecepatan pemberitaan menjadi hal dasar yang sangat menentukan. Di tingkat nasional, regional, dan global upaya memenuhi kesepakatan internasional untuk mewujudkan pembangunan dunia secara berkelanjutan (world sustainable development) serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, jelas membutuhkan data dan informasi akurat dan cepat.
Pulau Data
Di lingkungan pemerintahan, pengumpulan data dan informasi merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh berbagai sektor sesuai tugas dan fungsi masing-masing sektor. Sayangnya, analisis terhadap data dan informasi umumnya diprioritaskan untuk kebutuhan di masing-masing sektor. Akibatnya, terjadi pulau-pulau data dan informasi yang tidak berhubungan satu sama lainnya, sehingga pada gilirannya akan menurunkan kualitas dari keputusan.
Sebut saja dalam menangani bencana alam, idealnya perlu integrasi dari berbagai informasi di berbagai sektor terkait dengan tingkat keakuratan yang detail. Selain itu, penyampaiannya perlu cepat. Sedikit terlambat, fatal akibatnya.
Contoh serupa adalah ketika kita menangani masalah kesehatan, epidemik, pengurangan kemiskinan, akses terhadap air bersih, serta daya dukung pembangunan suatu kawasan terkait dengan faktor demografi, sumber daya alam, dan lokasi geografis. Semua itu memerlukan data akurat dan informasi yang tersebar di berbagai sektor. Dan yang tak kalah pentingnya, kemampuan mengintegrasikan dan menganalisisnya, sehingga dapat menjadi sistem pendukung pengambilan keputusan yang andal di berbagai jenjang pemerintahan, baik di pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota.
Pada waktu lalu, kecepatan penyampaian informasi bergantung pada kecepatan kaki kurir atau kaki kuda. Apabila pesan informasi itu akan disampaikan ke seberang pulau, maka waktu tempuhnya bergantung pada perahu atau kapal laut yang melayani penyeberangan antarpulau tersebut. Jelas, waktunya bervariasi, bisa berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Setelah itu, kita mengenal kabel laut, telegram, radio, telepon, surat-menyurat melalui jasa pos, dan visualisasi informasi pada gambar dan peta di atas kertas. Kini, revolusi di bidang informasi, komputerisasi, dan transportasi menggunakan jasa berbagai sistem satelit yang terus-menerus mengorbit bumi pada berbagai lintasan dan ketinggian. Kita juga semakin akrab dengan teknologi GPS (Global Positioning System) untuk menentukan lokasi dari berbagai objek di bumi.
Lalu, ada juga pemotretan udara dan citra satelit yang mampu merekam dan menelanjangi setiap meter objek muka bumi. Kita pun mengenal survei batimetri untuk pemetaan dasar laut. Selain itu, tersedia berbagai hardware dan software sistem informasi geografi (SIG) untuk pembangunan berbagai basis data dan informasi spasial berikut integrasi, sintesis, dan analisisnya.
Di Indonesia, walaupun jumlahnya belum memadai, sumber daya manusia yang memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang ini telah mulai tumbuh dan berkembang, tidak hanya di sektor pemerintahan, juga swasta. Lompatan teknologi yang spektakuler adalah internet Dengan internet, dunia seolah sesempit daun kelor. Tak ada jarak dan waktu yang panjang untuk menyampaikan berbagai informasi, baik berupa teks, gambar, maupun video. Semua itu telah menjadi kenyataan sehari-hari.
SISN
Informasi merupakan sumber daya penting yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan ekonomi. Ketika negara-negara maju telah memanfaatkan sumber daya informasi, Indonesia tak mau tertinggal begitu saja. Kini, kita sedang membenahinya, antara lain, dengan membangun Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) sebagai dasar pengoperasian Sistem Informasi Spasial Nasional (SISN).
Informasi spasial atau keruangan merupakan komponen penting. Sebab, menurut Huxhold (1991), dalam bukunya Introduction to Urban Geographic Information System, sekitar 80-90 persen dari data yang dikumpulkan berbagai sektor untuk sistem informasi daerah dan lingkungan hidup terkait dengan aspek spasial. Integrasi data sosial, statistik, lingkungan hidup, dan spasial inilah yang difasilitasi melalui SISN.
Oleh karena itu, agar setiap instansi atau lembaga bisa saling bertukar data (data sharing) telah disepakati untuk menggunakan standar nasional. Beragam informasi itu diintegrasikan melalui basis data peta rupa bumi dan peta tematik. Tertatanya berbagai basis data sektoral dalam satu standar nasional memungkinkan pertukaran data, integrasi, dan analisis melalui SIG dapat dilakukan lebih cepat. Dengan demikian, hal ini dapat menjadi masukan penting bagi pengambilan kebijakan di berbagai bidang pemerintahan.
Pembangunan SISN yang berbasis IDSN dan data sharing melalui pemanfaatan internet akan memfasilitasi integrasi berbagai data dan analisisnya sebagai masukan untuk pembuatan keputusan yang berkualitas. Contoh aktual yang dapat kita lihat adalah telah beroperasinya sistem peringatan dini tsunami yang memanfaatkan teknologi untuk mengintegrasikan informasi di berbagai sektor. Sistem yang di dalamnya mengandung berbagai data (posisi, pasang surut laut, buoy, serta meteorologi) ini, menjadi sistem peringatan dini secara akurat dan cepat.
Potensi SISN paling utama adalah data dari sektor tertentu dapat dimanfaatkan oleh sektor lainnya. Model semacam ini sangat efisien dan jauh dari kesan tumpang-tindih.
Selain itu, potensi SISN penting lainnya adalah masyarakat luas dapat mengakses beragam informasi. Terbukanya akses data kepada publik akan menumbuhkan berbagai lapangan kerja baru, baik di bidang aplikasi maupun peran serta warga negara pada penataan ruang hidupnya.
Sumber: http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=2778