Menyusul gempa utama berkekuatan 7,3 skala richter yang berpusat di barat daya Tasikmalaya, Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Bandung mencatat setidaknya telah terjadi 22 kali gempa susulan. Itu data sampai pukul 17.10 WIB.
Namun, kekuatan gempa ini relatif kecil, antara 3-5 SR. Masyarakat diimbau tidak panik. Biasanya, kekuatan gempa susulan lebih kecil dari main shock. Energi utamanya telah dilepaskan saat gempa utama terjadi, tutur Rasmid dari Bagian Data dan Informasi BMKG Stasiun Bandung.
Menurut dia, gempa yang terjadi di wilayah lepas pantai Tasikmalaya ini tergolong gempa dangkal, yaitu kedalaman 30 km di pusat gempa di 142 km barat daya Tasikmalaya. Gempa dangkal biasanya memiliki dampak getaran yang relatif lebih besar.
Gempa terjadi karena terjadi tumbukan dua lempeng bumi yaitu lempeng Indo-australia dan lempeng Asia. Pergerakan antar-lempeng yang sama ini telah menciptakan bencana besar yaitu gempa Yogya dan tsunami Pangandaran beberapa waktu lalu.
"Gempa sebesar (7,3 SR) ini sebetulnya ideal menciptakan tsunami. Namun, karena bentuk pergerakan lempengnya campuran, tidak vertikal seperti di Aceh ataupun Pangandaran, dampak tsunaminya kecil," ucapnya.
Menurut Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Bandung Ismanto, berdasarkan data dari Pusat Pengamatan BMKG di Pelabuhan Ratu, sempat terjadi tsunami kecil usai gempa. Kenaikan air hanya mencapai 20 centimeter. Namun, akibat gempa ini, kantor P usat Pengamatan BMKG di Pelabuhan Ratu mengelami kerusakan kecil.