“Profesor riset atau APU (Ahli Peneliti Utama) harus bisa menjadi semacam puncak piramida dari suatu penelitian. Janganlah APU menjadi jagoan seorang diri”, demikian salah satu saran Menteri Negara Riset dan Teknologi, Kusmayanto Kadiman, saat pemaparan kegiatan BAKOSURTANAL pada tahun 2006, di Cibinong (Rabu, 21/02/2007).
Pemaparan yang dilakukan oleh eselon 1 BAKOSURTANAL tersebut berturut-turut diawali oleh Sekretaris Utama, Deputi Survei Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, Deputi Pemetaan Dasar dan terakhir Deputi Infrastruktur Data Spasial. Pada kesempatan ini Kusmayanto memberikan empat saran untuk menjadi perhatian dari setiap deputi dan sestama.
Saran menteri yang pertama, BAKOSURTANAL diharapkan dapat melakukan rapid assessment terhadap pasca bencana alam atau kejadian-kejadian tertentu yang memerlukan data spasial. Sebagai contoh pasca bencana banjir di Jakarta dan sekitarnya pada awal tahun 2007 ini, data yang digunakan Bapenas berasal dari perhitungan yang dilakukan oleh UNDP, bukan dari instansi dalam negeri. Hal ini adalah sebuah ironi, padahal banyak sekali instansi-instansi teknis yang mampu melakukan perhitungan kerugian hingga keperluan untuk rekonstruksi akibat kejadian tersebut.
Selanjuntya Menristek memberikan saran tentang penelitian, di mana APU semestinya menjadi pembina untuk peneliti-peneliti di bawahnya. Demikian pula, pada jenjang berikutnya, peneliti yang berada di bawah APU membina peneliti-peneliti yang lebih rendah dan seterusnya. Sehingga APU menjadi semacam puncak piramida.
“APU atau professor riset harus bisa memberi contoh, sedangkan peneliti yang ada di tengahnya membakar semangat, dan peneliti di bawahnya menjadi pendorong,” tutur Kusmayanto.
Bagaimana memulainya? Salah satu titik awalnya bisa melalui program insentif untuk penelitian yang ditawarkan oleh Kementerian Ristek. Pada tahun 2006 insentif yang dikucurkan sejumlah 70 milyar rupiah, 70 persen di antaranya digunakan oleh perguruan tinggi. Sedangkan sisanya yang 30 persen diperoleh oleh LPND (Lembaga Pemerintah Non Departemen) di lingkungan Ristek. BAKOSURTANAL pada tahun 2006 tidak satupun memperoleh kucuran insentif tersebut.
Kusmayanto juga menyarankan untuk memberikan perhatian terhadap pembangunan sumberdaya manusia (human resource development) . Peningkatan kemampuan sumberdaya manusia ini dapat dilakukan misalnya dengan pelatihan, kursus dan lainnya. Demikian pula terhadap mereka yang masih memiliki kesempatan untuk sekolah lebih tinggi, seperti untuk melanjutkan S2 atau S3, harus didorong. Ini perlu menjadi perhatian yang lebih bagi para deputi dan pejabat lainnya.
Secara khusus, mantan Rektor ITB tersebut menyarankan kepada sestama, agar setiap tahunnya di- plot personel untuk mengikuti sespim. Hal ini untuk menghindari penundaan-penundaan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun instansi. Banyak ditemui di lingkungan pejabat pemerintah yang enggan untuk mengikuti sespim, padahal itu menjadi prasyarat bagi dirinya untuk memegang jabatan itu. AC