Oleh Agung Christianto
India, bahkan dunia, sangat terpukul akibat aksi teroris yang terjadi pada akhir November lalu. Pihak keamanan India pun mengakui mereka kecolongan. Di lain sisi, para teroris sangat rapi dalam merencanakan aksinya, hingga memperdayai intelejen India.
Paska aksi teroris, reaksi pun muncul dari berbagai kalangan. Ekonomi India semakin lesu, baik karena krisis global dan diperparah dengan aksi teroris itu. Menteri Dalam Negeri India yang merasa bertanggung jawab terhadap kejadian tersebut, akhirnya mengundurkan diri. Dan yang menarik, Google Earth, Wikimapia dan beberapa situs lainnya yang terkait dengan keamanan India, hendak diajukan ke Pengadilan Tinggi Bombay karena dianggap membantu aksi teroris.
Adalah Amit Karkhanis, seorang pengacara dari Mumbay, yang menyatakan website-website itu telah memberikan gambar yang sangat detil (minute detail), sebaik ‘extremely accurate navigational coordinates' (ASM Magazine, www.asmmag.com). Perkara yang hendak diajukan Karkhanis adalah Google Earth dan situs sejenisnya telah melanggar National Security Act (Undang-undang Keamanan Nasional).
Bagi penganut kebebasan teknologi komunikasi, apa yang akan dilakukan oleh Karkhanis bisa dikatakan kontra produktif. Jika tuntutan itu dimenangkan oleh Karkhanis, maka kita tidak akan dapat lagi ‘berpetualang' mengenali berbagai keunikan di belahan bumi lain, tanpa harus berkunjung ke lokasi tersebut.
Apa yang disajikan oleh Google Earth, Wikimapia, dan sejenisnya, sebenarnya adalah berkah bagi para praktisi survei dan pemetaan, pemerhati lingkungan, serta profesi lainnya, terutama di Indonesia, mengingat belum tersedianya peta atau data spasial secara lengkap dan sedetil citra yang ditayangkan di Google Earth.
Google Earth pun telah memicu masyarakat awam untuk lebih tertarik terhadap data spasial. Anak-anak usia sekolah sangat senang jika mereka dapat ditunjukan lokasi rumah atau sekolah mereka dari Google Earth. Website semacam Google Earth pun membantu beberapa kalangan pemerintah daerah untuk melakukan suatu perencanaan, mengingat kemampuan mereka yang terbatas untuk menyediakan data spasial dalam waktu yang singkat. Dunia ‘spasial' sangat bergairah dengan kemunculan situs-situs bersifat spasial.
Namun, mungkin tidak demikian halnya bagi kalangan tertentu, seperti militer. Sama seperti pandangan Karkhanis, Google Earth seolah telah ‘menelanjangi' sumberdaya negara ini. Lokasi-lokasi penting, yang terekam dengan citra beresolusi tinggi, sangat terbuka terhadap berbagai ancaman. Apalagi jika ditambahkan dengan informasi detil 3 dimensi, lawan dapat melakukan banyak rencana dan mengenali medan dengan sebaik-baiknya.
Itulah teknologi, seolah seperti dua sisi mata pedang. Satu sisi sangat membantu kehidupan manusia agar semakin mudah dan sejahtera, dan di sisi lain dapat menimbulkan bahaya terhadap diri kita sendiri. Bagaimana masa depan dunia ini, akan menjadi lebih baik atau buruk, kembali kepada hati nurani kita masing-masing.