Fadel Muhammad, Gubernur Gorontalo, menerima dan menyambut baik kedatangan Tim Ekspedisi Geografi Indonesia (EGI) V Tahun 2009, saat tiba di Bandara Jalaludin, Gorontalo (Selasa, 17 Maret 2009). Tim yang berjumlah 10 orang dari BAKOSURTANAL dan beberapa akademisi, akan bergabung dengan beberapa pakar dan tokoh-tokoh dari daerah, seperti Mansur Pateda (Pakar Linguistik Lokal), Farha Daulima (Budayawan), dan lainnya.
Pada keesokan harinya (Rabu, 18 Maret 2009), seluruh Tim EGI V diterima oleh Sekretaris Daerah Gorontalo, Idris Rahim, di Kantor Gubernur Gorontalo. Sama seperti Fadel Muhammad, Idris pun menerima dengan baik dan mendukung kegiatan ini. Idris juga berharap hasil temuan-temuan selama ekspedisi dapat diekspos pada hari terakhir, sebelum tim kembali ke pusat.
Ekspedisi untuk yang kelima kalinya ini mengkaji wilayah Gorontalo, mulai dari abiotik, biotik, kultur dan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh interaksi manusia dan lingkungannya.
Gorontalo menjadi kajian untuk ekspedisi kali ini, dengan mempertimbangkan karakteristik fenomena baik alam, budaya, maupun faunanya. Di provinsi ke-28 ini, terdapat satwa liar Babirusa yang dilindungi di Cagar Alam Nantu, burung Maleo yang terancam punah, Anoa, Tarsius dan ikan Nike yang memiliki karakter unik, jika bertelur mereka kembali ke arah darat setelah beberapa waktu di laut.
Selain itu Gorontalo sangat unik jika ditelisik dari asal-usul sejarahnya. Provinsi yang awalnya satu kabupaten dan kota ini, ternyata menyimpan legenda yang hampir sama dengan wilayah lain di Nusantara. Tokoh Lahilote, yang menyunting bidadari, mirip dengan cerita rakyat Jawa, Jaka Tarub. Demikian pula dengan legenda lainnya. Hal ini merupakan satu indikasi, jika wilayah Nusantara ini sebernarnya memiliki satu asal-usul yang sama. Namun, karena penyebaran mereka ke masing-masing pulau saat ini, maka bekembanglah legenda-legenda itu disertai pengaruh-pengaruh budaya lokal.
Masih banyak lagi yang dapat digali dari Gorontalo. Sesuatu yang kecil dari wilayah ini mungkin dapat membuka cakrawala kita, sesungguhnya Indonesia itu adalah satu.
Oleh Agung Christianto