Jumat, 01 November 2024   |   WIB
id | en
Jumat, 01 November 2024   |   WIB
Era Aplikasi Pemetaan Interaktif

Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi perkembangan teknologi yang pesat terhadap pemetaan. Setiap orang yang memiliki ketertarikan dengan peta dapat melakukan interaksi langsung melalui fasilitas internet. Kemunculan GoogleMaps dan aplikasi sejenisnya, telah membuka wacana baru tentang pemetaan. Peranan WebGIS pun menjadi lebih populer untuk menampilkan hasil pemetaan, sehingga memudahkan bagi para penggunanya.

Menurut Profesor Michael P. Peterson, sangat perlu mengetahui siapa yang menjadi pengguna WebGIS yang akan dibangun. Jika targetnya adalah guru, maka sebaiknya dipikirkan bagaimana guru itu dapat menyampaikan informasi yang terdapat di dalam web kepada para muridnya. Demikian salah satu uraian dosen Geografi dari Universitas Nebaraska, Amerika Serikat, saat memberikan umpan balik WebGIS milik BAKOSURTANAL pada Selasa, 21 April 2009

Demikian pula, web yang dibangun sebaiknya sederhana, tidak rumit, sehingga memudahkan bagi pengguna untuk membacanya, mencari sesuatu yang dia perlukan dengan mudah. Misalnya cara menampilkan elevasi atau ketinggian, akan lebih mudah dimengerti jika menggunakan gradasi warna atau efek bayangan, daripada garis-garis ketinggian (kontur), karena tidak semua masyarakat awam paham.

Perlu dipikirkan pula, kapasitas untuk menampilkan data spasial tersebut. Misalnya dalam format pdf, jpeg, atau lainnya, yang tidak membutuhkan waktu lama untuk mengunduh atau menampilkan data tersebut.

Peterson yang juga menjabat Ketua Komisi Peta dan Internet Asosiasi Kartografi Internasional (ICA), berpesan agar sebisa mungkin menghindari ketergantungan terhadap satu macam aplikasi untuk pemetaan. Sebaiknya menggunakan lebih dari satu macam perangkat lunak, dan akan lebih baik jika kita mampu mengembangkannya lebih lanjut, seperti aplikasi-aplikasi open source.

Sukendra Martha, Sekretaris Utama BAKOSURTANAL, juga mendukung pemanfaatan open source, seperti selama ini dikampanyekan oleh Kementerian Ristek. Pemanfaatn open source di Indonesia, terutama untuk pemetaan, memang perlu ditingkatkan untuk menghindari pembajakan, yang masih marak di berbagai kalangan.

Peterson menyampaikan pula ketidakkonsistenan data akibat aplikasi interaktif tidak dapat dihindari. Aplikasi-aplikasi yang dibangun bersama dan di-share banyak pengguna, pasti tidak dapat lepas dari ketidakakurasian ini. Sebagai contohnya batas wilayah negara Indonesia pada GoogleMaps, yang melenceng jauh dari batas-batas yang semestinya, sebagaimana konsensus negara-negara saling bertetangga sebagaimana diungkapkan oleh Kusumo Widodo dari Pemetaan Batas Wilayah BAKOSURTANAL.

Jika ingin menampilkan data yang benar, jelas Peterson, kita sendiri yang harus memberikan data yang benar jika kita memilikinya. Jadi menurut Peterson, BAKOSURTANAL memiliki data yang benar, sebaiknya BAKOSURTANAL yang meng-up load data itu, demikian pula dengan data lainnya.

Kecenderungan aplikasi pemetaan interaktif telah menjadi tuntutan bagi setiap stakeholder (walidata). Interoperabilitas data spasial antara sesama stakeholder inilah yang menjadi inspirasi dibangunnya Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN).

Oleh Agung Christianto