Jumat, 01 November 2024   |   WIB
id | en
Jumat, 01 November 2024   |   WIB
Eloknya Kelokan Trans Sulawesi (Selatan)

Sulawesi adalah sebuah pulau yang unik. Pulau yang menyerupai huruf ‘K' itu, terbentuk akibat bertabarakannya lempeng-lempeng bumi pada ratusan juta tahun yang lalu. Maka tak ayal, jika Sulawesi memiliki keanerakaragaman, baik flora, fauna, maupun karakterisik alam lainnya.

Sulawesi Selatan, provinsi di bagian kaki penopang pulau ‘K' itu, mewakili keindahan dan keunikan alam yang tiada tara. Berderetan perbukitan karst (gamping), yang usia ribuan tahun, nampak berbentuk seperti pilar-pilar penyangga rumah beratap langit biru, terhampar di sepanjang jalan Trans Sulawesi, yaitu jalan utama yang menghubungkan antara kota satu dengan kota lainnya di seluruh tubuh Pulau Sulawesi.

Namun, di balik bukit-bukit kapur itu, menjulang tinggi Gunung Bawakaraeng, yang puncaknya selalu tertutup awan. Gunung api itu kini menyisakan tiang-tiang lancip, tidak memiliki kubah lava seperti gunung berapi aktif. Tetapi aliran lavanya telah menjalar ke mana-mana, seolah mencengkram, hingga bertemu dengan batu-batu gamping di perbukitan karst. Pertemuan antara keduanya membentuk sesuatu bentang lahan yang indah dan mempesona.

Itulah gambaran perjalanan Tim Ekspedisi Geografi Indonesia (EGI) 2008 di Sulawesi Selatan, pada hari ketiga hingga kelima. Tim melintas mulai dari Makassar, melewati perbukitan di karst di Maros-Pangkep (Pangkajene Kepulauan), menelusuri bukit-bukit di Barru hingga Sopeng, dan berakhir di tepi Danau Tempe, Sengkang, Kabupaten Wajo.

Keesokan harinya, tim bergerak menuju Palopo dan mendaki bukit-bukit gamping dan vulkanik di wilayah Tana Toraja. Hari berikutnya, yaitu hari kelima, ekspedisi diteruskan menuruni Tana Toraja ke Enrekang, menuju Parepare hingga ke arah Maros, dan kembali di Makassar.

Banyak kisah, banyak cerita, menemani sepanjang jalan poros utama Sulawesi. Bahkan eksotisme bentukan alam itu pun diimbangi dengan erotisnya hikayat yang berkembang di sekitarnya.

Seperti yang terdapat di Gunung Nona, penduduk menyebutnya demikian rupa, meskipun di nama-nama geografi belum tertera di dalamnya, karena memang sekedar bukit yang tidak lebih dari 600-an meter. Lembah-lembah yang merupakan bagian dari bentukan asal vulkanik, sangat unik, nampak seperti huruf ‘V' terbalik. Nah, apa jadinya jika bentukan itu menyerupai suatu alam kelamin (maaf). Pasti sangat menarik dan membuat banyak orang penasaran.

Hikayat yang berkembang pun menjurus ke arah itu, dikisahkan sepasang kekasih yang tidak direstui oleh kedua orang tuanya, melakukan hubungan intim di tempat itu. Namun, mereka berdua mendapat kutukan dari dewa, sehingga terbentuklah bukit-bukit nan erotis tersebut. Butu Kabobong itulah penduduk menyebutnya. Ingin tahu arti dan buktinya, datanglah sendiri ke Enrekang.

Setiap kelokan Trans Sulawesi menyimpan keelokan yang tiada tara.AC