Peralatan detektor tsunami di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa-Sumatera yang berasal dari bantuan Pemerintah Jerman berpotensi terbengkalai. Pemerintah Indonesia belum menetapkan alokasi dana pemeliharaan untuk setiap buoy tsunami senilai Rp 4,5 miliar itu yang memiliki masa operasional sampai 25 tahun lamanya.
"Pemerintah belum anggarkan dana perawatan, baru tahap dialog," kata Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Ridwan Djamaluddin saat upacara peluncuran empat pelampung (buoy ) dari Jerman, Selasa (21/4) di Pelabuhan Merak, Banten.
Bantuan pendeteksi tsunami dari Jerman itu telah terpasang pada 9-19 April 2009 sebanyak empat unit di barat Sumatera. Kemudian mulai kemarin dilanjutkan lagi penempatan empat unit buoy yang akan dipasang di selatan Jawa. Direncanakan bantuan secara keseluruhan sebanyak 10 buoy.
Pemeliharaan
Menurut Ridwan, Jerman hanya berkontribusi pada pembuatan dan pemasangan 10 buoy tersebut. Masalah pemeliharaan dan operasionalnya diserahkan kepada Indonesia yang kini masih saja pada tahap dialog kepada negara-negara donor untuk turut membiayainya.
Hadir dalam upacara tersebut mewakili Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Wakil Dubes Jerman Hans Joerg Grunner yang menyatakan, bantuan itu sebagai rangkaian kerja sama untuk membangun sistem peringatan dini tsunami.
Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Yana Anggadiredja juga turut hadir. Dalam konferensi pers, Yana menuturkan, vandalisme merupakan salah satu ancaman kelangsungan operasional buoy pendeteksi tsunami itu. "Sudah lima kali terjadi vandalisme buoy, tetapi bukan dari bantuan Jerman," kata Yana.
Menurut Yana, sosialisasi pemasangan dan manfaat buoy masih sangat perlu digalakkan. Untuk itu perlu ditempuh kerja sama dengan para nelayan maupun satuan aparat pengaman kelautan.
Ridwan menjelaskan, mekanisme operasionalisasi buoy saat ini pada hitungan tiga menit sudah mampu menyajikan informasi potensi tsunami untuk digabungkan dengan monitoring seismograf di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Selanjutnya, dalam dua menit kemudian BMKG dapat memutuskan peringatan dini potensi tsunami.
Adapun jeda dari penyampaian peringatan dini potensi tsunami dengan kejadian tsunami menerjang pantai itu diharapkan 20-30 menit.
Sumber: cetak.kompas.com