Warta BAKOSURTANAL, 24 April 2007
“Pada tahun 1980, UGM pernah melakukan penelitian tentang kependudukan. Dari penelitian itu hipotesis utamanya adalah kalau terjadi ketidakseimbangan terhadap daya dukung daerah maka akan terjadilah bencana, seperti yang terjadi saat ini. Kejadian ini akibat kebijakan-kebijakan yang tidak memperhatikan daya dukung daerah, sehingga terjadi seperti banjir dan lumpur Lapindo,” ungkap Rektor UGM Sofyan Effendi, saat menyampaikan latar belakang kerjasama antara BAKOSURTANAL, UGM dan Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta.
Kerjasama tripartite ini ditujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang data dan informasi lingkungan serta sumberdaya wilayah. Penandatanganan kerjasama dilakukan antara Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X, Rektor UGM Sofyan Effendi dan Kepala BAKOSURTANAL Rudolf W. Matindas, di Gedung Godri Kepatihan, Yogyakarta (24 April 2007).
Pada kesempatan ini, RW. Matindas memandang perlu meningkatkan sinergi antara BAKOSURTANAL, UGM dan DIY melalui optimalisasi pengembangan iptek di bidang informasi sumberdaya wilayah untuk pembangunan berkelanjutan. Yogyakarta adalah wilayah yang tepat untuk menjadi obyek penelitian di bidang sumberdaya wilayah karena memiliki dinamika alam yang unik.
Posisi DIY yang berada di pesisir selatan Pulau Jawa, dimana terdapat bagian pertemuan dua lempeng tektonik aktif, cukup berisiko terhadap gempa bumi. Di bagian lainnya terdapat gunung berapi aktif, yang setiap saat dapat mengeluarkan isi perut bumi ke permukaan. Perpaduan antara gunung berapi aktif dan laut, juga memberikan kekhasan alam Yogyakarta, yaitu dengan gumuk pasir pantai tipe bulan sabit. Gumuk pasir ini merupakan satu-satunya di wilayah tropis, sehingga perlu dilestarikan. Dinamika alam seperti ini akan selalu menarik untuk diteliti.
Matindas juga mengatakan, perlunya kita memperhatikan wilayah pantai, karena berpengaruh juga terhadap iklim global. Jelas Matindas, “Pembentukan awan kumulus di lautan sangat berpengaruh terhadap angin muson di Asia, yang akan berdampak pula terhadap perubahan iklim lokal, regional maupun global”.
Dalam hal ini Sri Sultan Hamengkubuwono X, mengharapkan kerjasama yang akan dilakukan dapat direalisasikan dan bermanfaat bagi masyarakat. Sultan berharap kepada BAKOSURTANAL untuk mengijinkan kepada para pelajar berkunjung Laboratorium Parangtritis, untuk melihat dan menyaksikan langsung bagaiman cara kerja peneliti di bidang pesisir dan laut. Karena Sultan melihat, selama ini para pelajar yang berkunjung ke Parangtritis hanya melihat pantai, tanpa ada informasi yang cukup berarti bagi mereka untuk menentukan pilihannya di masa depan. Jika mereka dapat melihat kerja peneliti, setidaknya ada gambaran dan minat bagi para pelajar, untuk juga ikut menjadi seperti yang mereka lihat dan saksikan.
Sebelum penandatanganan naskah kerjasama ini, Sultan mengungkapkan pula satu permohonannya yang belum terpenuhi, yaitu pusat studi karst karena wilayah Yogyakarta juga akan kaya potensi karst.
Sultan mengharapkan, baik kepada BAKOSURTAN maupun UGM untuk dapat memberikan data yang pasti terhadap lingkungan gumuk pasir di pantai selatan. Kekhawatiran Sultan sangat beralasan, mengingat kini semakin banyak rumah atau bangunan yang berada atau dekat dengan gumuk pasir tersebut. Kondisi ini dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap proses alami yang terjadi pada gumuk pasir tersebut. Penertiban dan relokasi bangunan-bangunan ini merupakan bagian kesepatan antara Pemerintah Provinsi DIY dan Pemerintah Kabupaten Bantul, untuk melestarikan gumuk pasir.
Menanggapi masalah ini, Kepala BAKOSURTANAL meberikan solusi dengan melakukan pemotretan udara atau memanfaatkan data penginderaan jauh, untuk mengidentifikasi wilayah mana yang dapat dibangunan dan tidak boleh dibangun.
Selain itu Sultan mengajak BAKOSURTANAL dan UGM pula untuk membantu memberikan data dan informasi kepada pemprov, sebagai bentuk akuntabilitas publik pasca gempa bumi tahun 2006 lalu. Pemprov DIY bersama dengan pihak swasta dan LSM baik dalam negeri maupun luar negeri, berencana untuk mempertanggungjawabkan kepada publik terhadap penanganan pasca gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2007.
BAKOSURTANAL dan UGM, menurut Sultan, dapat melakukan pula sosialisasi bagaimana cara-cara menghadapi bencana, baik itu tsunami, gempa bumi dan lainnya. Sosialisasi dapat dilakukan dengan dialog langsung kepada masyarakat, agar mereka lebih mengerti dan pemerintah juga lebih dekat kepada masyarakatnya. AC