Keberadaan peta rawan bencana ternyata masih belum efektif. Setidaknya korban jiwa dan harta masih saja banyak berjatuhan setiap kali bencana alam datang dan menimpa suatu daerah.
Topik tersebut didiskusikan dalam Forum Riset Geomatika 2006 yang berlangsung di Merak Room 3, Jakarta Convention Centre, Jum’at (25/8). Beberapa pakar yang hadir dalam acara tersebut antara lain Dr. Ratdomo Purbo, ahli vulkanologi dari BPPTK Merapi, Prof. Dr. Dwikorita Karnawati (Teknik Geologi UGM), Ujang Dede Lasmana (Palang Merah Indonesia), Suhardjono (BMG), dan Hening Parlan (wakil masyarakat).
Salah satu alasan mengapa peta masih belum efektif, menurut Prof. Dr. Dwikorati Karnawati adalah karena bentuk peta yang sudah ada masih terlalu teknis. ‘’Masyarakat masih kesulitan membaca peta tersebut,” ujarnya.
Jalan keluarnya, lanjut Dwikorati, bukan hanya perubahan peta rawan bencana dari teknis menjadi sederhana, tapi juga sosialisai yang konsisten kepada masyarakat mengenai bencana alam itu sendiri.
Hal senada diutarakan oleh Ujang Dede Lasmana. Menurutnya, kesadaran masyarakat terhadap wilayah rawan bencana juga harus segera ditumbuhkan. ‘’Selama ini masyarakat masih awam apakah daerahnya termasuk rawan bencana atau tidak,” tuturnya.
Jika kesadaran sudah dibangun, menurut Ujang, selanjutnya proses waspada dan kesiapsiagaan menjadi langkah yang harus diterapkan. ‘’Sehingga mereka tahu apa yang harus segera dilakukan jika terjadi bencana,” jelas Ujang.
Suhardjono menjelaskan, selama ini pemetaan masih belum terpusat. Hal tersebut terlihat dari setiap departemen yang memiliki divisi khusus dalam hal pemetaan. ‘’Harusnya semua dipusatkan pada Bakosurtanal, tiap instansi hanya memberikan data pendukungnya saja,” ujar Suhardjono.
Sedangkan mengenai perubahan bentuk peta rawan bencana menjadi lebih sederhana, Ratdomo Purbo mengatakan efektif untuk kebutuhan jangka pendek. Sedangkan yang mesti dipikirkan adalah kebutuhan jangka panjangnya.
‘’Sosialisasi secara kontinyu penting dilakukan. Termasuk juga pengetahuan bencana yang mesti ditumbuhkan kepada masyarakat sejak usia dini,” Ujang menjelaskan. (*)