Jumat, 01 November 2024   |   WIB
id | en
Jumat, 01 November 2024   |   WIB
Buletin Harian Geospatial Forum Hari Kedua

Menuju Standardisasi Penamaan Geografi

Beberapa negara yang tergabung dalam United Nations Group of Experts On Geographical Names (UNGEGN) Asia South-East And Pacific South-West Division berkumpul dan berdiskusi bersama pada pertemuan divisi yang ke-13 yang baru saja dibuka di Jakarta Convention Centre, Kamis (24/8) lalu.

Negara tersebut antara lain Indonesia, Australia, Selandia Baru, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Brunei Darussallam, masing-masing melaporkan kemajuan kegiatan negaranya dalam hal penamaan pulau-pulau. Standardisasi menjadi isu utama yang dibahas pada pertemuan kali ini.

Dari Singapura melaporkan jika selama ini proses penamaan telah dilakukan oleh beberapa instansi pemerintah terkait yang kompatibel dan ahli di bidangnya. Selanjutnya proses tersebut akan diserahkan untuk menjadi bahan pembaruan bagi database, gasetir, dan pemetaan.

Dalam kesempatan tersebut mereka mengusulkan agar UNGEGN lebih banyak memberikan pelatihan-pelatihan di bidang penamaan pulau-pulau (toponimi). Hal serupa juga dikemukakan oleh delegasi Brunei Darussallam. Tujuannya agar ada keseragamaan dalam hal teknik penamaan pulau untuk mencapai standardisasi yang ditetapkan.

Baik Singapura maupun Brunei mengaku sama-sama minim pengalaman dalam hal standardisasi toponimi. Karena itu pelatihan dan sharing pengalaman dari negara lain sangat diperlukan untuk membangun nasional gasetir di negara mereka masing-masing. Tentunya juga dukungan langsung dari UNGEGN sendiri.

Sementara itu, beberapa negara lain melaporkan perkembangan kemajuan yang telah mereka lakukan sejak pertemuan terakhir yang diadakan di Brunei Darussallam. Contohnya Australia melalui the Committee for Geographical Names of Australia (CGNA).

Pada Oktober 2004 negara ini sukses mengadakan pelatihan toponimi bagi negara-negara anggota melalui the Geographical Names Board of New South wales and Asia Pacific Institute of Toponymy.

Di sisi lain, kejadian-kejadian bencana alam yang melanda Indonesia, mulai dari tsunami Aceh pada 2004, gempa di Jogjakarta, dan tsunami di Pangandaran Jawa Barat, banyak mendatangkan simpati dari negara-negara UNGEGN.

Karena itu, diusulkan agar UNGEGN melakukan studi lebih jauh tentang bencana alam tersebut dan terus melakukan koordinasi serta kerja sama dengan Working Group Maritim Undersea UNGEGN.

Acara diskusi yang masih termasuk dalam rangkaian kegiatan Pameran Teknologi Pemetaan dan Survei rencananya akan berlangsung hingga Jum’at (25/8).(*)

Naskah buletin lengkap