TERSEDIA DANA Rp 100-500 JUTA UNTUK PENELITI
Peneliti di Indonesia saat ini masih memiliki tingkat kompetisi yang sangat rendah. Fenomena ini disebabkan oleh kurang menariknya menjadi peneliti, salah satunya mungkin karena kurangnya reward yang mereka peroleh.
Kondisi ini ternyata sama dengan belanja yang dikeluarkan untuk peneliti. Persentase belanja untuk peneliti terhadap PDB saat ini adalah 0,05%, ini sangat jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan negara-negara lain, baik tetangga di Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Ironisnya, sebagian besar hasil penelitian tersebut ternyata juga kurang laku di pasar. Kontribusi penelitian terbesar pada sektor pemerintahan 68% (Rp 659 Milyar). Untuk perguruan tinggi 6% (Rp 54 Milyar) dan sektor swasta 26% (Rp 247 Milyar).
Kenyataan ini dipaparkan oleh Bambang Sujiatmo dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi, untuk menyosialisasikan Program Insentif KNRT untuk Penelitian. Sosialisasi ini diselenggarakan di Gedung Utama BAKOSURTANAL, dipimpin langsung oleh Sekretaris Utama Sukendra Martha. Hadir dalam acara ini beberapa peneliti dan peneliti surta (survei pemetaan) dari BAKOSURTANAL serta dari Bioteknologi LIPI. Nampak pula dalam acara ini Aris Poniman, Deputi Bidang Survei Sumberdaya Alam, yang juga merupakan Ahli Peneliti Umum.
Batas penerimaan proposal untuk program ini tanggal 20 Juni 2006. Dokumen proposal diserahkan langsung ke Sekretariat Program Insentif u.p Asdep Urusan Pengembangan Sistem Insentif Gedung BPPT II lantai 7, Jalan MH. Thamrin 8 Jakarta Pusat 10340, telpon 021-3169240 dan 3169236.
Setiap tahunnya akan disediakan biaya sebesar Rp 100-500 juta untuk setiap penelitian. Ini merupakan bagian dari stimulan agar penelitian di Indonesia semakin meningkat, baik segi kuantitas dan kualitasnya. Program ini selaras dengan visi KNRT dibawah pimpinan Kusmayanto Kadiman, yaitu “Terwujudnya IPTEK sebagai kekuatan utama kesejahteraan berkelanjutan dan peradaban bangsa”.AC