“BAKOSURTANAL hanya memiliki kewenangan membuat peta dasar pada skala 1:25.000. Sedangkan untuk peta evakuasi, peta rawan bencana, diperlukan peta dengan skala yang lebih detil, misalnya pada skala peta 1:2.500. Untuk membuat peta detil ini, yang tahu adalah daerah,” demikian jelas Rudolf Wennemar Matindas, Kepala BAKOSURTANAL, dalam acara promosi Pameran Teknologi Geospasial Indonesia yang pertama, di Cibinong, Bogor (Senin, 14 Agustus 2006). Hadir dalam acara ini Deputi Pemetaan Dasar Chaerul Hafidin, Deputi Survei Dasar Sumberdaya Alam Aris Poniman, Deputi Infrastruktur Data Spasial Henny Lilywati, Sekretaris Utama Sukendra Martha, dan beberapa kepala pusat dan kepala bidang di BAKOSURTANAL.
Peta dasar BAKOSURTANAL, yang biasa disebut Peta Rupabumi, pada skala 1:25.000 memiliki informasi yang cukup baik dan tepat untuk dikembangkan sebagai peta tematik, seperti peta rawan bencana. Kehandalan Peta Rupabumi ini telah dibuktikan oleh para pengguna dan para jurnalis yang hadir dalam acara tersebut.
BAKOSURTANAL telah membuka kesempatan kerjasama dengan daerah untuk membuat sistem informasi spasial dan peta-peta tematik yang diperlukan. Beberapa waktu lalu telah disepakati kerjasama BAKOSURTANAL dengan Pemprov Sumatera Barat untuk membuat sistem informasi spasial untuk penanggulangan kemiskinan. Kerjasama ini dipayungi pula oleh Menko Kesra. Kerjasama dilakukan pula oleh BAKOSURTANAL dengan Pemkab Belu NTT dan daerah lainnya.
Menjawab pertanyaan tentang peranan BAKOSURTANAL selama ini, Rudolf W. Matindas mengatakan bahwa peta-peta yang dibuat harus memiliki standarisasi, sehingga setiap orang dapat menggunakannya dengan baik peta-peta tersebut. Standarisasi ini penting, terutama untuk membangun sistem informasi data spasial yang berbasis pada komputer. Ini terkait dengan salah satu visi dan misi BAKOSURTANAL, yaitu membangun infrastruktur data spasial nasional yang handal.
“Jika peta-peta itu telah tersedia di daerah-daerah, dalam berbagai sektor, dengan standard yang sama, dan di dalam satu sistem jaringan yang sama, maka setiap orang yang berada dalam jaringan itu dapat mengakses data dan informasi tersebut untuk berbagai keperluan. <>Sebelum ini kita berkutat dengan peta-peta cetak, dengan skala yang berbeda-beda, meskipun daerahnya sama. Ketika dilakukan analisis dan lainnya, kita akan menemui banyak sekali kesulitan, karena garis pantainya yang tidak sama, karena detil obyeknya tidak sama, dan lain sebagainya,“ jelas Matindas.
Syahdan, begitu pentingnya peta dan informasi spasial ternyata tidak dibarengi dengan kesadaran untuk memanfaatkannya secara maksimal. Oleh karena itu, BAKOSURTANAL menganggap perlu melakukan sosialisasi kepada publik untuk menciptakan masyarakat yang melek peta dan informasi spasial lainnya. Wujud sosialisasi tersebut dikemas dalam Pameran Teknologi Geospasial Indonesia, pada tanggal 23-27 Agutus 2006 di JHCC, Jakarta. AC