Labuan Bajo, Berita Geospasial – Potensi wisata Indonesia yang beraneka ragam dan terdiri dari kekayaan alam, suku, budaya, dan adat istiadat menarik para wisatawan untuk berkunjung. Tersedianya data Informasi Geospasial (IG) tentang kepariwisataan menjadi salah satu bentuk kontribusi Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk meningkatkan pariwisata Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas (PPTRA) BIG menyelenggarakan kegiatan Survei Lapangan Penyusunan Atlas Pariwisata di Wilayah Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 10-19 Mei 2023.
Kegiatan ini dilatarbelakangi upaya pemerintah untuk meningkatkan kembali sektor pariwisata yang tertunduk lesu akibat pandemi COVID-19 pada awal tahun 2020. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf)telah menetapkan Destinasi Utama dan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yaitu: Mandalika, Labuan Bajo, Borobudur, Danau Toba dan Likupang. Hal inilah yang menjadi salah satu dasar pemilihan lokasi kegiatan penyusunan atlas pariwisata di Labuan Bajo.
Atlas pariwisata berisi informasi yang menggambarkan daya tarik wisata yang meliputi unsur kewilayahan, aksesibilitas, atraksi, amenitas, investasi, dan masyarakat termasuk desa wisata. Berbagai unsur ini dikemas dalam berbagai IG yang berupa peta, citra, kenampakan 3 dimensi, serta dikombinasikan dengan narasi deskriptif, dilengkapi dengan foto dan infografis yang menarik.
Lingkup dari kegiatan survei ini terdiri atas lingkup geografis dan lingkup substansial. Lingkup geografis penyusunan atlas pariwisata adalah Kabupaten Manggarai Barat dengan total luas 3.146 km2. Sedangkan lingkup substansial terdiri atas langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melaksanakan kegiatan Survei Lapangan Penyusunan Atlas Pariwisata.
Zidni Farhati Silmi sebagai penanggung jawab kegiatan survei menjelaskan rangkaian kegiatan survei yang dilaksanakan mulai dari koordinasi dengan Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Kebudayaan Labuan Bajo, Balai Taman Nasional Komodo, dan pihak kapal untuk mengetahui gambaran umum wisata di DPSP Labuan Bajo. Kemudian dilakukan identifikasi daya tarik wisata, desa wisata, dan fasilitas penunjangnya, penyusunan peta sebaran daya tarik wisata dan desa wisata, penyusunan rencana survei (penentuan titik yang akan dikunjungi, jadwal setiap harinya, pembagian tim dan alat), dan terakhir pelaksanaan survei.
“Pelaksanaan survei di kepulauan dibagi menjadi 2 tim. Pada kegiatan survei ini tim akan mengunjungi daya tarik wisata untuk mengambil dokumentasi, mengisi form kuisioner, dan melakukan sedikit wawancara, mengidentifikasi fasilitas pendukung pariwisata di kota Labuan Bajo, dan rekapitulasi data hasil survei,” jelas Zidni.
Kepala Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat Pius Baut ditemui di tempat kerjanya menjelaskan bahwa sebagai destinasi super prioritas, Labuan Bajo dengan tingkat kunjungan wisatawan yang semakin meningkat, tentu membutuhkan banyak hal. Wisatawan membutuhkan informasi terkait destinasi wisata dan salah satunya adalah atlas/peta berbagai spot-spot wisata yang ada di labuan bajo dan sekitarnya.
“Untuk itu atlas ini tentu sangat dibutuhkan. Kami berharap dengan adanya atlas ini akan sangat membantu wisatawan untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin tentang destinasi wisata, tentang berbagai daya tarik yang ada di wilayah labuan bajo dan sekitarnya. Kami berterima kasih atas kerja sama dengan BIG yang membantu kami di daerah untuk menghasilkan atlas objek wisata. Kami berharap bahwa ke depan kerja sama ini akan terjalin terus supaya banyak hal yang bisa kita kolaborasikan lebih khusus dalam hal peta/atlas pariwisata di daerah ini,” tutur Pius.
Adapun kegiatan Survei Lapangan Penyusunan Atlas Pariwisata Wilayah Labuan Bajo ini dibagi menjadi 2 wilayah, yaitu daratan dan kepulauan. Survei daratan meliputi seluruh wilayah Kabupaten Manggarai Barat dan sebagian wilayah Kabupaten Manggarai. Pengumpulan data untuk survei daratan wilayah Manggarai Barat meliputi beberapa objek wisata seperti: Wae Rebo, Gua Batu Cermin, Puncak Waringin, Rumah Tenun Baku Peduli, dan lain-lain. Sementara untuk survei kepulauan dilakukan kegiatan pengumpulan data pada pulau-pulau di sekitar wilayah Labuan Bajo seperti: Pulau Kelor, Pulau Manjarite, Pulau Padar, Pulau Komodo, Pulau Kalong, dan lain-lain.
Dengan adanya informasi geospasial dalam bentuk Atlas Pariwisata ini diharapkan dapat menarik minat para wisatawan untuk mengunjungi daya tarik wisata di Indonesia. Selain itu juga bermanfaat bagi pemerintah maupun investor dalam pengambilan kebijakan, sehingga dapat meningkatkan kepariwisataan di daerah Labuan Bajo. (LR/MN)