Rabu, 13 November 2024   |   WIB
en | id
Rabu, 13 November 2024   |   WIB
BIG Bahas Pentingnya Ketersediaan Data Padang Lamun Nasional di Ocean 20

Denpasar, Berita Geospasial – Keikutsertaan Badan Informasi Geospasial (BIG) dalam gelaran internasional KTT G20 di Bali ditandai dengan peran aktif Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik (PPIT) dalam Ocean 20 (O20). Ocean 20 menjadi perhelatan pertama di event Presidensi G20, digelar di Gedung Pertemuan Pecatu 2, Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) Badung, pada Senin, 14 November 2022.

Forum Ocean 20 membahas berbagai hal di bidang kelautan, antara lain kesehatan laut, ekonomi biru, konservasi laut, pendanaan biru, blue food, hingga energi terbarukan. “Forum ini dibentuk untuk menghasilkan kebijakan yang konkret dan memberikan rekomendasi serta strategi mengenai ekosistem laut yang dapat ditindaklanjuti melalui kerja sama, baik regional maupun internasional,” jelas Doddy Mendro Yuwono dari PPIT BIG.

Menurut Doddy, peran PPIT dalam Ocean 20 adalah sebagai anggota tim penyusunan framework pemetaan padang lamun yang dikoordinir Universitas Gadjah Mada (UGM). Kegiatan ini juga untuk mendukung Kebijakan Satu Peta (KS) Padang Lamun, di mana Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bertindak sebagai wali data dan produsen data.

“Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Kegiatan (KKP) dan Universitas Hassanudin (Unhas), Makassar juga terlibat dalam penyusunan framework ini,” tambahnya.

Pada Ocean 20, Doddy didapuk mejadi salah satu narasumber dalam gelar wicara bertajuk Dialogue Forum for the Indonesian Seagrass Mapping Initiative: `Current Effort, Opportunities, and Challenges in Seagrass Mapping in Indonesia`. Gelar wicara ini juga menghadirkan narasumber Rohani Ambo Rappe dari Unhas; Pramaditya Wicaksono dari UGM; Novi Susetyo Adhi dari KKP; Tomy Hermawan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas); serta Muhammad Hafizt dari BRIN.

Forum dialog tersebut mengangkat isu pentingnya ekosistem dan ketersediaan data padang lamun nasional. Padang lamun yang merupakan eksosistem utama wilayah pesisir memiliki fungsi tidak kalah penting dengan mangrove dan terumbu karang.

“Padang lamun berfungsi sebagai tempat pemijahan, berlindung, sekaligus mencari makan beberapa spesies ikan penting. Selain itu, padang lamun juga berfungsi sebagai pemurni air yang sangat berguna untuk keberlangsungan ekosistem dan membantu industri perikanan budidaya di sekitarnya,” terang Doddy.

Fungsi lamun yang tidak kalah penting, lanjut Doddy, adalah cadangan karbon potensial yang cukup besar. Namun, kondisinya kian memprihatinkan karena setiap tahun luasnya menurun sebesar 3 persen. Gangguan terbesar berasal dari pembangunan dan aktifitas manusia lainnya.

Sebagai data dasar guna memenuhi berbagai kepentingan, seperti konservasi dan restorasi habitat padang lamun, data geospasial tematik yang ada belum sepenuhnya terpenuhi. “Hal ini karena kendala karakter oseanografi perairan dan luasnya wilayah Indonesia,” tegas Doddy.

Forum dialog ini mencoba mensosialisasikan kegiatan, menjaring masukan dari pemangku kepentingan yang lebih luas, sekaligus menekankan bahwa inisiasi akselerasi penyediaan satu data geospasial tematik padang lamun sangat membutuhkan peran dan dukungan banyak pihak. (DMY/NIN)