Cibinong, Berita Geospasial – Pada 2020, Badan Informasi Geospasial (BIG) beserta sejumlah kementerian/lembaga (K/L) berhasil mengumpulkan data terkait unsur laut, selat, dan teluk di Indonesia. Dari data yang dikumpulkan, terdapat delapan gunung bawah laut yang selesai ditelaah.
Penelaahan delapan gunung bawah laut ini mengacu kepada dokumen B-6 Standardization of Undersea Features Names dari International Hidrographic Organization (IHO). Dari aspek geometri, kedelapan gunung yang ditelaah dapat dikategorikan sebagai gunung bawah laut karena memiliki ketinggian lebih dari 1.000 meter dan memiliki bentuk kerucut.
Delapan gunung bawah laut tersebut masing-masing bernama Gunung Baruna Komba, Abang Komba, dan Gunung Ibu Komba yang terletak di Nusa Tenggara Timur (NTT); Gunung Pagai di perairan barat Sumatera; serta Gunung Naung, Maselihe, Roa, dan Gunung Kawio Barat yang terlatak di Sulawesi Utara. Delapan gunung bawah laut yang sudah ditelaah tersebut, telah diajukan BIG untuk dapat dimasukkan ke dalam Gazeter Republik Indonesia.
Berlandaskan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, BIG berkewajiban mengkoordinasikan penyelenggaraan toponimi di Indonesia. Keluaran dari kegiatan toponimi ini adalah Gazeter Republik Indonesia yang akan disahkan pada akhir 2020, di mana akan memuat nama seluruh fitur di Indonesia baik darat maupun laut.
Sebagai informasi, tahun 2020 merupakan kali pertama bagi BIG menyelenggarakan toponimi untuk unsur di wilayah laut. Kegiatan ini terdiri dari pengumpulan data, penelaahan data, dan pengusulan data untuk dapat disusun di dalam Gazeter Republik Indonesia.
Kegiatan penyelenggaraan toponimi unsur wilayah laut pada 2020 dilakukan pada 28 September- 9 Oktober 2020. Pengumpulan data dan penelaahan dilakukan secara daring.
K/L yang terlibat dalam pengumpulan dan penelaahan toponimi unsur wilayah bawah laut, yaitu BIG, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves), Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Pengumpulan dan penelaahan toponimi unsur wilayah bawah laut dilakukan karena luasnya perairan Indonesia yang kaya akan sumber daya alam (SDA) laut. Kekayaan SDA laut Indonesia meliputi kekayaan hayati dan nonhayati.
Kekayaan nonhayati yang dimiliki Indonesia adalah fitur-fitur laut, baik yang ada di permukaan maupun di bawah laut. Fitur-fitur laut Indonesia hingga saat ini belum memiliki nama yang secara resmi disahkan oleh badan yang berwenang, karena itulah perlu dilakukan pendataan.
Gambar 1. Gunung Bawah Laut Maselihe dan Naung di Sulawesi Utara
Gambar 2. Gunung Bawah Laut Kawio Barat dan Roa di Sulawesi Utara
Gambar 3. Gunung Bawah Laut Pagai di perairan barat Sumatera
Gambar 4. Gunung Bawah Laut Baruna Komba, Ibu Komba, dan Abang Komba di NTT
Kegiatan penyelenggaraan toponimi unsur wilayah laut akan terus dilakukan setiap tahunnya. Kegiatan ini selain akan memberikan nama terhadap unsur wilayah laut yang belum bernama juga akan melakukan pemutakhiran terhadap unsur yang sudah memiliki nama. Ke depannya, akan semakin banyak KL yang akan terlibat dalam kegiatan ini. Sepanjang tahun BIG akan menerima data dari KL manapun yang memiliki data atau unsur wilayah laut yang perlu diberi nama untuk selanjutnya akan ditelaah bersama KL lain dan diajukan untuk dimasukkan ke dalam Gazeter Republik Indonesia. (DP/NIN)