Kamis, 21 November 2024   |   WIB
en | id
Kamis, 21 November 2024   |   WIB
Aru Tenggara, Pesona `Dunia Lain` yang Masih Jarang Terjamah

Oleh: Gin Gin Gustiar
Surveyor Pemetaan Badan Informasi Geospasial

Salah satu objek neraca sumber daya dan lingkungan hidup adalah neraca sumber daya alam pesisir dan laut (ocean accounts). Ocean accounts merupakan kegiatan bersama kementerian/lembaga yang dikoordinasikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak 2021.

Kementerian/lembaga yang berperan pada kegiatan ini, antara lain KKP, Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Setiap kementerian/lembaga mempunyai peran masing-masing disesuaikan dengan tahapan penyusunan ocean account.

Peranan BIG pada kegiatan ocean accounts adalah menyusun ocean assets melalui penyusunan neraca spasial sumber daya alam pesisir dan laut dengan obyek pemetaan berupa terumbu karang, lamun, dan mangrove. Pada akhir Oktober 2023, BIG melakukan survei dan validasi lapangan kawasan konservasi Perairan Nasional Suaka Alam Perairan (SAP) Kepulauan Aru Bagian Tenggara di Maluku.

Survei dan validasi yang dilakukan BIG bertujuan mengumpulkan data lapangan serta validasi data potensi sumber daya alam pesisir dan laut di SAP Kepulauan Aru Bagian Tenggara. BIG menerjunkan enam orang personel, dengan didampingi tiga personel dari Satuan Kerja Kepulauan Aru Bagian Tenggara.

Perjalanan dimulai dari Kota Dobo menuju ke kawasan SAP Kepulauan Aru Bagian Tenggara selama 13 jam, dengan menyusuri selat menggunakan kapal bermesin 7 GT. Terdapat enam pulau di kawasan yang dipetakan, yaitu Pulau Djaeudin, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Djeh, dan Pulau Maar.

Lokasi kawasan SAP Kepulauan Aru Bagian Tenggara berada di dekat perbatasan Indonesia–Australia, di mana keenam pulau tersebut tidak berpenghuni dan hanya digunakan sebagai tempat singgah para nelayan yang mencari ikan di sekitar Laut Arafura. Selain itu, tiga dari enam pulau tersebut merupakan Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) Indonesia, yaitu Pulau Kultubai Selatan, Karang, dan Pulau Enu yang berbatasan langsung dengan Australia.

Kegiatan berlangsung selama tujuh hari enam malam. Selama survei, tim bermalam di Lautan Arafura.

Lebih Menantang

Survei Neraca Laut di SAP Kepulauan Aru Bagian Tenggara lebih menantang dibandingkan survei di kawasan konservasi perairan nasional lainnya yang telah dilakukan BIG sejak 2021. Sebab, lokasi jauh dari Kota Dobo. Bahkan, jarak permukiman terdekat membutuhkan waktu dua jam perjalanan.

Kondisi gelombang yang cukup tinggi juga menjadi tantangan tersendiri. Meskipun di bulan-bulan teduh, gelombang Laut Arafura terbilang tinggi karena merupakan lautan lepas.

Kondisi perairan yang dominan substrat, membuat air menjadi lebih keruh dengan visibility kurang dari satu meter. Ditambah lagi adanya buaya muara yang menurut masyarakat sekitar sering dijumpai hampir di semua pulau di dalam kawasan. Hal ini menjadi pertimbangan penting sebagai antisipasi tim survei BIG agar dapat melakukan kegiatan survei dengan aman.

Hasil Survei

Hasil dari survei lapangan ini diperoleh 326 titik sampel yang tersebar di enam pulau dalam Kawasan SAP Aru Bagian Tenggara. Berdasarkan hasil survei, kelas tutupan Habitat Perairan Laut Dangkal (HPLD) yang dominan adalah vegetasi lamun, mangrove, dan substrat dasar. Kelas tutupan HPLD ini menjadi potensi yang menarik pengunjung dengan minat khusus, salah satunya untuk penelitian terkait lamun dan mangrove.

Terlaksananya kegiatan pemetaan dan survei lapangan untuk neraca sumber daya pesisir dan laut di SAP Kepulauan Aru Bagian Tenggara menunjukkan komitmen BIG dalam kegiatan Ocean Account Nasional. Hingga 2023, BIG telah memetakan delapan kawasan konservasi perairan nasional. Masih tersisa dua kawasan lagi, yaitu Kapoposang dan Laut Sawu yang rencananya dikerjakan pada 2024. (NIN)