Jumat, 19 Desember 2025   |   WIB
en | id
Jumat, 19 Desember 2025   |   WIB
BIG–GSI Jepang Pererat Sinergi Penguatan Sistem Referensi Geospasial

Tsukuba, Jepang, Berita Geospasial – Badan Informasi Geospasial (BIG) memperkuat kerja sama internasional di bidang geodesi dengan menghadiri pertemuan teknis bersama Geospatial Information Authority (GSI) Jepang di Tsukuba, Jepang, pada 16–19 Desember 2025. BIG mengirimkan perwakilan dari Direktorat Sistem Referensi Geospasial (DSRG) untuk membahas penguatan sistem referensi geospasial bersama mitra internasional.

Tiga pegawai DSRG mewakili BIG dalam pertemuan tersebut, yaitu Febrylian Fahmi Chabibi selaku Ketua Tim Kerja Pembangunan Stasiun Ina-CORS, Raa Ina Sidrotul Munthaha selaku Ketua Tim Kerja Survei Gayaberat, serta Alkindi Gifty Ramadhan sebagai Anggota Tim Kerja Pengelolaan Jaring Kontrol Gayaberat Nasional dan Validasi Geoid. Selain BIG, pertemuan ini juga dihadiri perwakilan Land Information New Zealand (LINZ).

Pertemuan ini membahas kondisi terkini, tantangan, dan permasalahan sistem referensi geodesi di masing-masing negara. Topik diskusi mencakup pengamatan Global Navigation Satellite System (GNSS) dan Very Long Baseline Interferometry (VLBI), pengukuran gayaberat, serta pemodelan geoid. Sejumlah pakar terkemuka dari Jepang turut memaparkan materi terkait Satelit Laser Ranging (SLR) dan pengembangan model geoid.

Director-General GSI Jepang Kawase Kazushige membuka pertemuan, sekaligus menyambut delegasi BIG dan LINZ. Ia menegaskan pentingnya forum ini untuk memperkuat kerja sama internasional, khususnya dalam penguatan informasi geospasial. Pertemuan ini juga menjadi tindak lanjut dari Implementing Arrangement for Cooperative Activities antara BIG dan GSI yang telah ditandatangani Kepala BIG Muh Aris Marfai dan Kawase Kazushige pada 1 Desember 2025.

Pada sesi pemaparan, Director of Geodetic Reference Division GSI Yamashita Tatsuya menjelaskan perkembangan penerapan datum semi-dinamik di Jepang yang berfokus pada pemodelan deformasi. “Untuk mendukung implementasi datum semi-dinamik, GSI secara rutin merilis model deformasi coseismic dan secular yang digunakan untuk memperbarui sistem referensi geodetik, terutama setelah gempa bumi,” ujarnya.

Sedangkan, Febrylian Fahmi Chabibi memaparkan perkembangan Sistem Referensi Geospasial Indonesia (SRGI), khususnya pembaruan epoch koordinat menjadi 2021.0. Pembaruan ini menjadi respon atas fenomena geodinamika aktif di Indonesia.

“Pada awal 2025, BIG menetapkan sistem koordinat horizontal pada epoch 2021.0 sebagai pembaruan dari epoch 2012.0,” jelasnya.

Raa Ina Sidrotul Munthaha, yang akrab disapa Roy, turut mempresentasikan pengukuran gayaberat dan pembangunan model geoid nasional. BIG telah menetapkan INAGEOID2020 versi 2 sebagai sistem referensi vertikal nasional.

“BIG terus meningkatkan akurasi model geoid nasional untuk mendukung pemetaan skala besar 1:1.000 dan 1:5.000. Kolaborasi dengan pakar GSI Jepang sangat penting untuk penyempurnaan model geoid Indonesia ke depan,” ujarnya.

Roy juga menyampaikan rencana kerja sama pengukuran gayaberat absolut di Indonesia menggunakan gravimeter FG5.

Di sela pertemuan, delegasi BIG dan LINZ mengunjungi Ishioka Geodetic Observatory, salah satu stasiun observasi geodesi utama Jepang. Observatorium ini dilengkapi fasilitas VLBI, GNSS Continuously Operating Reference Stations (CORS), Laboratorium Gravity, dan SLR. Kunjungan ini memberi kesempatan bagi BIG untuk mempelajari pengoperasian dan pengelolaan instrumen geodesi berteknologi tinggi.

Melalui pertemuan internasional ini, BIG berharap dapat memperkuat kerja sama dengan GSI Jepang dalam pengembangan sumber daya manusia, transfer pengetahuan, serta adopsi teknologi dan metodologi terbaru. Kolaborasi ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan layanan Sistem Referensi Geospasial Indonesia secara berkelanjutan.

Reporter: Raa Ina Sidrotul Munthaha
Editor: Kesturi Haryunani