Cibinong, Berita Geospasial – Sebanyak 44 mahasiswa dan tiga dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Negeri Gorontalo (UNG) melaksanakan kunjungan studi ke Badan Informasi Geospasial (BIG) pada Rabu, 12 November 2024. Mereka menyambangi BIG untuk memperdalam pemahaman tentang integrasi dan sinkronisasi Informasi Geospasial (IG), termasuk Kebijakan Satu Peta (KSP).
KSP adalah inisiatif pemerintah untuk menyelaraskan, mengintegrasikan, dan menyinkronkan data geospasial dari berbagai sektor ke dalam satu referensi peta yang akurat dan seragam. BIG berperan sebagai koordinator utama dalam pelaksanaan kebijakan ini.
“Jadi, kehadiran mahasiswa di sini adalah langkah tepat. Manfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya,” ujar Humas BIG Agung Teguh Mandira dalam sambutannya.
Narasumber pertama pada kunjungan ini adalah Puspa Kusumawrdani, surveyor pemetaan dari Direktorat Integrasi dan Sinkronisasi Informasi Geospasial Tematik BIG. Ia menjelaskan bahwa tujuan utama KSP adalah mengatasi tumpang tindih data dan perbedaan IG yang selama ini sering terjadi antara kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dan sektor lainnya.
“Kegiatan KSP dimulai dari kompilasi, integrasi, sinkronisasi, hingga berbagi pakai data IG,” jelas Puspa.
Puspa menambahkan, bahwa KSP membawa manfaat besar dalam berbagai isu strategis, seperti mempercepat penetapan batas daerah, membantu penyusunan Area of Interest (AOI) untuk Program Food Estate, serta mendorong penetapan Peta Lahan Sawah yang Dilindungi. KSP juga berperan dalam mendukung masterplan pembangunan ekonomi di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat; pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan, dan Karimun (KPBPB BBK); serta percepatan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi dan kabupaten/kota.
“Dengan KSP, semua pemangku kepentingan menggunakan peta acuan yang sama sehingga perencanaan dan pengelolaan wilayah menjadi lebih efektif, efisien, dan transparan,” tegas Puspa.
Narasumber lainnya. Niendyawati dari Direktorat Pemetaan Tematik memaparkan pemanfaatan Informasi Geospasial Tematik (IGT) dalam untuk berbagai isu strategis. Menurutnya, IGT dapat memberikan gambaran yang detail dan tepat mengenai suatu area, sehingga mendukung perencanaan, pengelolaan, dan pengambilan keputusan berbasis data yang lebih akurat.
“Contohnya, IGT berperan penting dalam mendukung program reforma agraria di Indonesia, yaitu upaya pemerintah untuk menata ulang kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan lahan secara adil dan berkelanjutan,” ucapnya.
Selain itu, lanjut Niendyawati, IGT mendukung pelaksanaan food estate, tata kelola industri kelapa sawit, perizinan tambang timah, proyek strategis nasional, penentuan lokasi cetak sawah rakyat, hingga pencegahan korupsi. (NAM/NIN)