Kamis, 14 November 2024   |   WIB
en | id
Kamis, 14 November 2024   |   WIB
Peran Strategis Informasi Geospasial dalam Ekonomi Kelautan Berkelanjutan

Denpasar, Berita Geospasial – Neraca Sumber Daya Laut (ocean account) merupakan dashboard yang terdiri atas data sumber daya kelautan serta pesisir Indonesia yang berasal dari hasil riset dan survei. Platform yang diluncurkan dalam acara The 5th Global Dialogue on Sustainable Ocean Development pada 5 Juli 2024 ini, menampilkan nilai ekonomi, ekologi, serta sosial pada suatu wilayah perairan laut dan pesisir.

“Kita harus mengutamakan kesehatan laut. Kita tidak ingin lagi ada penangkapan ikan berlebih (overfishing), kita ingin mengembangkan budidaya perikanan untuk pengelolaan laut yang berkelanjutan. Perlu diingat, perubahan iklim juga sangat terpengaruh oleh laut,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dalam peresmian Neraca Sumber Daya Laut Indonesia bersama dengan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Muh Aris Marfai, dan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono.

Adapun neraca sumber daya laut memegang peran penting untuk mendukung percepatan implementasi ekonomi kelautan yang berkelanjutan (Blue Economy) yang dapat memberikan lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi, dan ekosistem serta komunitas pesisir dan laut yang dinamis.

Badan Informasi Geospasial (BIG) memiliki peran strategis dalam penyusunan neraca ini, salah satunya dengan ditunjuk sebagai Ketua Tim Informasi Geospasial Tematik (IGT). Kemudian pada ministerial roundtable meeting, Kepala BIG juga didaulat sebagai co-chair untuk menyampaikan program yang telah dijalankan sepanjang 2020-2024.

“Data geospasial berperan untuk mengidentifikasi dan mengelola sumber daya kelautan secara efektif. Hal ini mencakup pemetaan perluasan ekosistem habitat perairan dangkal (mangrove, terumbu karang, lamun dan makroalga),” tutur Kepala BIG, Muh Aris Marfai.

Dalam pertemuan terbatas yang diikuti menteri dari Samoa, Palau, Papua Nugini, Maldives hingga Belize, Aris menjelaskan tiga program utama BIG, yaitu: manajemen sumber daya laut, pemantauan lingkungan dan penerbitan standar Neraca Spasial Habitat Pesisir dan Laut Dangkal dengan nomor SNI – 9257-2024.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menerangkan jika Neraca Sumber Daya Laut Indonesia dapat melacak wilayah lautan yang memiliki nilai ekologis dan ekonomi tinggi maupun sebaliknya.

“Informasi ini dapat digunakan untuk mendukung kegiatan rehabilitasi serta capaian target luasan kawasan konservasi laut Indonesia seluas 30 persen pada tahun 2045,” jelas Sakti. (FRH/LR)