Kamojang, Berita Geospasial – Peserta Pertemuan Konsorsium Gayaberat Indonesia (KGI) mengikuti workshop pengukuran data gaya berat absolut dan relatif di sekitar lapangan panas bumi PT. Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGE) Kamojang. Kegiatan ini dilakukan menggunakan gravimeter absolut milik Badan Informasi Geospasial (BIG) serta gravimeter relatif miliki BIG dan Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Kegiatan ini bermanfaat untuk berbagi pengalaman dalam pengukuran data gaya berat, mengetahui perbedaan pengukuran antarperalatan, dan bahan menyusun dokumen standar pengukuran gaya berat,” tutur Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika (PJKGG) BIG Gatot Haryo Pramono, yang juga menjadi Ketua KGI pada Rabu, 26 Juni 2024.
Pada kesempatan yang sama, Koordinator Kelompok Kerja Gayaberat dan Geoid BIG Arisauna Maulidyan Pahlevi menjelaskan bahwa BIG beserta Badan Geologi sebelumnya belum pernah melakukan pengukuran gaya berat bersama. Melalui kegiatan ini, diharapkan seluruh pihak bisa mendapatkan pengetahuan terkait alat masing-masing dan standar pengukurannya.
“Nilai gaya berat ini penggunaannya berbeda-beda, sesuai kebutuhan instansi. Misalnya, BIG menggunakannya untuk menyusun geoid atau keerluan peninjauan panas bumi. Sedangkan, Badan Geologi memanfaatkannya untuk membuat peta geologi,” terang wanita yang biasa disapa Levi tersebut.
Suwarta, peserta workshop dari PT. Pertamina Hulu Energi (PHE), mengaku mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan ini. Materi yang didapatkannya berguna untuk mendukung kegiatan eksplorasi PHE.
“Saya di bagian data, jadi mengurusi semua data dari kegiatan upstream, eksplorasi, maupun produksi. Kegiatan ini banyak menggunakan data gaya berat, baik untuk mendukung interpretasi maupun analisa yang lainnya,” ujarnya.
Sementara itu, Farida dari Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kementerian ESDM menurutkan bahwa pelatihan ini membantunya belajar cara mengukur gaya berat. Pelatihan yang dijalaninya, belum pernah ia dapatkan ketika kuliah.
“Ini bisa memperkaya wawasan saya dan teman-teman. Karena saya mengumpulkan semua data dari hasil survey, jadi saya harus tahu dari survei ini meta datanya apa saja. Nanti cara mengolah datanya atau membaca datanya seperti apa. Sehingga pada saat kita menerima data dari badan usaha, kita bisa menolak seandainya data tersebut tidak lengkap metadatanya,” tuturnya.
Pengukuran gaya berat dilakukan di dua titik. Pertama, Pilar Gayaberat Utama (GBU) 062 yang berlokasi di halaman Gedung Geothermal Information Center (GIC) PGE Kamojang. Kedua, Titik Kontrol PG 039 yang dikelola PGE Kamojang di sekitar objek vital Kawah Kamojang. Pengukuran gaya berat di setiap lokasi menghasilkan 10 set data.
Intercomparison data gaya berat bertujuan membandingkan selisih data yang dihasilkan dari gravimeter setiap anggota KGI. Informasi tersebut dapat menjelaskan konsistensi nilai gaya berat di suatu lokasi dengan gravimeter yang berbeda. (LR/NIN)