Kamis, 14 November 2024   |   WIB
en | id
Kamis, 14 November 2024   |   WIB
Pasang Surut, Perubahan Permukaan Laut, dan Dampaknya terhadap Lingkungan Pesisir di Laut Cina Selatan menjadi Tajuk Utama dalam WG-18

Anyer, Berita Geospasial – Kolaborasi antar berbagai pihak di Kawasan Laut Cina Selatan terus dilaksanakan, terutama dalam rangka kerjasama, serta berbagi pengalaman terkait isu-isu terkini melalui participating parties di Kawasan Laut Cina Selatan. Di tahun 2023 ini selenggarakan working group (WG) dengan judul The 18th Working Group Meeting on the Study of Tides and Sea Level Changes and its Impacts on Coastal Environment in South China Sea, dimana tema yang diangkat adalah: ‘Coral Reef Management in the Coastal Environment in the South China Sea’. Bertempat di Banten tanggal 23 Agustus 2023, kegiatan diikuti oleh 9 participating parties: Brunei Darussalam, China, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Chinese Taipei, dan Vietnam. Dari kesembilan participating parties tersebut, empat diantaranya hadir secara luring.

“Pasang surut dan kenaikan muka air laut (sea level rise) merupakan dua fenomena signifikan yang mempengaruhi ekosistem lingkungan pantai. Sekitar 5% dari cakupan terumbu karang dunia ditemukan di Kawasan Laut Cina Selatan. Fenomena pasang surut dan kenaikan muka air laut yang signifikan mengakibatkan terganggunya ekosistem terumbu karang, yang pada umumnya banyak hidup di perairan-perairan dangkal. Ditambah lagi dengan aktivitas manusia, serta pemanasan global, terumbu karang mengalami banyak gangguan seperti penangkapan ikan berlebih, pemutihan karang (coral bleaching) dan pengasaman laut (ocean acidification)”, demikian disampaikan Deputi Informasi Geospasial Dasar (IGD) Badan Informasi Geospasial (BIG), Mohamad Arief Syafii ketika membuka acara tersebut.

WG ke-18 ini diselenggarakan oleh BIG melalui Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika (JKGG) dan Kementerian Luar Negeri melalui Pusat Strategi Kebijakan Luar Negeri Isu Khusus dan Analisis Data (SK IAD). Pertemuan tersebut serangkaian dengan The 32nd Workshop on Managing Potential Conflict in the South China Sea yang dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2023.

Dalam sambutannya, Arief juga menyampaikan bahwa melalui kegiatan WG ke-18, para peserta dapat mengetahui bagaimana kondisi terkini terumbu karang di Kawasan Laut Cina Selatan dan mengetahui bagaimana usaha yang telah dilakukan participating parties dalam menjaga dan melestarikan terumbu karang.

Beberapa participating parties yang menampilkan presentasi terkait pengelolaan terumbu karang pada kesempatan tersebut diantaranya adalah: Indonesia, China, Vietnam, Myanmar dan Chinese Taipei. Secara umum, paparan berisi tentang (1) kondisi terumbu karang terkini di Kawasan Laut Cina Selatan, (2) usaha yang telah dilakukan parties untuk merawat dan mengelola terumbu karang akibat perubahan iklim dan kerusakan yang disebabkan manusia, dan (3) kolaborasi penelitian serta keterlibatan masyarakat lokal untuk menjaga terumbu karang di Kawasan Laut Cina Selatan. Lebih lanjut, untuk memperluas cakupan peserta, WG ke-19 pada tahun 2024 mendatang akan mengusung tema Marine and Coastal Environment in the South China Sea. (Ridho/LR)