Banyuasin, Berita Geospasial – Badan Informasi Geospasial (BIG) turut menghadiri puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan pada Selasa, 6 Juli 2023. Pada peringatan Harganas kali ini, program penurunan stunting masih menjadi perhatian utama.
Peringatan Harganas ke-30 mengambil tema `Menuju Keluarga Bebas Stunting, untuk Indonesia Maju’. Pemerintah menargetkan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024.
“Menurut statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada 2020 sebesar 22 persen balita di seluruh dunia mengalami stunting. Jumlahnya diperkirakan lebih dari 149 juta balita, dan dari jumlah tersebut sekitar 6,3 juta balita yang mengalami stunting adalah balita Indonesia. Kita memahami, konsekuensi stunting bukan semata-mata persoalan tinggi badan. Dampaknya terhadap kualitas hidup individu, karena akan muncul penyakit kronis, tertinggal dalam kecerdasan, dan kalah dalam persaingan,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam sambutannya.
Ma’ruf menambahkan, stunting terjadi karena anak kekurangan gizi dalam dua tahun awal kehidupan, ibu kekurangan nutrisi saat hami, serta sanitasi rumah tangga dan lingkungan yang buruk. Karenanya, keluarga menjadi aktor kunci dalam penanganan stunting.
“Keluarga harus memiliki kesadaran untuk memprioritaskan pemenuhan asupan gizi dan pengasuhan anak secara layak, termasuk menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungannya,” ucap Ma’ruf.
Dalam upaya penurunan angka stunting di Indonesia, BIG berperan serta melalui data dan Informasi Geospasial (IG). Data yang disediakan harus detil, sehingga dapat dimanfaatkan kementerian/lembaga lain.
“BIG mendukung keberhasilan program intervensi untuk mengurangi angka stunting. Pertama harus tepat sasaran, berarti harus mengerti by name, by address, by koordinat. Tugas kita harus mampu menyediakan IG untuk memudahkan intervensi sasaran yang tepat,” tegas Kepala BIG Muh Aris Marfai.
Kedua, lanjut Aris, BIG harus bisa menyediakan IG terkait dengan potensi, kendala, dan gambaran suatu wilayah stunting. Sehingga ketika melakukan intervensi program stunting tidak hanya berupa pemberian bantuan, tapi juga disesuaikan dengan wilayahnya.
Untuk memenuhi seluruh kebutuhan di atas, BIG Bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyiapkan dashboard pemetaan keluarga beresiko stunting. Dashboard tersebut memiliki 12 pemetaan dari skala nasional sampai by name, by address, by koordinat.
“BKKBN menyediakan data tabular terkait data keluarga beresiko stunting, sementara BIG membuat pemetaannya. Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas (PPTRA) BIG menyiapkan analisis keluarga beresiko stunting berdasarkan berbagai variabel, seperti sanitasi tidak layak, pasangan usia subur, pendapatan keluarga, sumber air minum, dan kondisi rumah. Sedangkan, Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan Informasi Geospasial (PPPIG) BIG menyiapkan aplikasi dashboard-nya. Pusat Pemetaan Batas Wilayah (PPBW) BIG juga berpartisipasi dengan menyediakan batas wilayah administrasi desa,” terang Koordinator Integrasi IGT Strategis Bidang Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan PPTRA BIG Diah Retno Mirnani.
Melalui dashboard tersebut, pemerintah bisa mengetahui lokasi mana yang rentan stunting. Program ini diharapkan dapat bertahan lama, tidak berhenti di 2024.
“Dalam jangka panjang, program ini dapat difokuskan untuk pembangunan kesehatan, infrastruktur, dan sanitasi,” pungkas Aris. (LR/NIN)