Garut, Berita Geospasial - Badan Informasi Geospasial (BIG) memberikan Sosialisasi Informasi Geospasial Dasar (IGD) untuk Mendukung Pengurangan Risiko Bencana di Garut, Jawa Barat, pada Selasa, 13 Juni 2023. Kegiatan ini penting guna memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa Informasi Geospasial (IG) dapat dimanfaatkan sebagai nalat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan penyusun rencana.
“Cukup banyak lapisan masyarakat yang belum memahami arti penting IG, sehingga perlu adanya penyebarluasan informasi melalui penyampaian data-data yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat,” kata Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik (IGT) BIG Antonius Bambang Wijanarto dalam sambutannya.
Anton juga menjelaskan makna geospasial yang belum dipahami banyak orang. Ia memberikan perumpamaan terkait Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
“Jika ibu kota negara pindah, akan terjadi efek politik, sosial, dan bisnis yang terjadi di Jakarta sebagai wilayah yang ditinggalkan. Hal yang sama juga terjadi di wilayah Kalimantan sebagai lokasi baru IKN. Di sinilah peran BIG, kita harus banyak terlibat, terutama dalam penyusunan tata ruang. Lingkungan, sosial, dan ekonomi harus disatukan. Apa yang menyatukan? Ya spasial,” jelasnya.
Sementara itu, anggota DPRD Kabupaten Garut Yudha Puja Turnawan dalam sambutannya menyampaikan jika Garut yang memiliki luas wilayah 306.000 hektare memiliki berbagai ancaman bencana. Sekitar 30 persen wilayahnya memiliki kemiringan lebih dari 40 derajat.
“Dalam rangka Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) perlu dilakukan sinergi antara BIG dengan Pemerintah Kabupaten Garut,” ujarnya.
Yudha berharap, sosialisasi yang dilaksanakan BIG ini dapat meminimalkan risiko terjadinya bencana. Selain itu, kegiatan ini diharapkan menjadi tolok ukur paradigma perubahan pemikiran dalam menghadapi risiko bencana.
Pada kesempatan ini, juga disampaikan paparan tentang mitigasi dan adaptasi terhadap bencana oleh Kepala Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai (PKLP) Yosef Dwi Sigit Purnomo. Ia menyampaikan bahwa penduduk yang tinggal di wilayah rawan bencana harus mampu menghadapi dan menyesuaikan diri dengan bencana yang mungkin terjadi.
“Inilah perlunya dibuat Peta Bencana, untuk melihat area risiko tinggi bencana, implementasi upaya pengurangan risiko bencana, dan analisis area. BIG berkontribusi menyajikan informasi kesiapsiagaan. Artinya, dengan informasi Peta Bencana tersebut masyarakat harus lebih peduli terhadap bencana, tanggap darurat, dan melakukan pemulihan bersama dari seluruh lapisan,” terang Sigit.
Bencana yang sering terjadi di Indonesia ada enam, yaitu gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, dan kekeringan.
Sebagai informasi, Sosialisasi Informasi Geospasial Dasar untuk Mendukung Pengurangan Risiko Bencana yang dilaksanakan di Hotel Santika, Garut, ini diikuti 150 mahasiswa Universitas Garut. Turut hadir pula Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Universitas Garut Ikeu Kania dan dosen Universitas Garut Hasbi Shiddiq Fauzan. (PKLP/NIN)