Minggu, 24 November 2024   |   WIB
en | id
Minggu, 24 November 2024   |   WIB
Belajar Pengumpulan Data Nama Rupabumi di Pura Tirta Empul dan Gua Gajah

Legian, Berita GeospasialField Data Collection menjadi salah satu kegiatan dalam rangkaian acara "International Training on Toponymy" yang dilaksanakan Badan Informasi Geospasial (BIG) berkolaborasi dengan United Nations Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN) di Bali pada 19-23 Juni 2023. Pada kegiatan ini peserta pelatihan diajak ke Tirta Empul dan Gua Gajah.

Field Data Collection itu intinya mengejawantahkan teori pendataan nama rupabumi. Peserta diajak menggunakan software open source dalam mengumpulkan data nama rupabumi secara langsung di lapangan,” jelas Koordinator Toponim dan Verifikasi Informasi Geospasial Partisipatif-BIG, Harry Ferdiansyah, pada Kamis, 22 Juni 2023.

Peserta diajak untuk mengumpulkan nama rupabumi menggunakan aplikasi pada ponsel pintarnya, sembari belajar dan menikmati warisan budaya Indonesia melalui kegiatan ini. Mereka diharapkan memiliki pemahaman yang mendalam tentang pentingnya toponimi sebagai warisan budaya, serta dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam konteks pelestarian budaya, pengembangan pariwisata berkelanjutan, maupun pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pemetaan dan penamaan tempat.

“Semoga pengalaman yang kami berikan ini dapat dibawa para peserta dan dilaksanakan di negara maupun lembaga masing-masing nantinya. Sehingga mereka dapat berkontribusi dalam pelestarian dan pengembangan warisan budaya melalui pemahaman yang lebih baik tentang nama rupabumi,” ucap Harry.

Pura Tirta Empul dan Gua Gajah dipilih sebagai lokasi Field Data Collection karena keduanya merupakan warisan budaya berlatar belakang penamaan yang lekat dengan budaya setempat. “Kita ingin peserta paham bahwa pemberian nama suatu lokasi itu bagian dari pelestarian warisan budaya,” imbuh Harry.

Pura Tirta Empul

Pura Tirta Empul terletak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, Bali. Pura ini ditemukan sekitar tahun 926 Masehi, pada masa dinasti Warmadewa dari abad 10 sampai 14. Keunikan dari pura ini yaitu arsitektur dan bangunannya yang mengelilingi mata air suci bernama Tirta Empul.

Nama Tirta Empul berasal dari gabungan bahasa Bali-Sansekerta dimana “Tirta” berarti air dan “Empul” berarti mengepul”. Penamaan ini memiliki sejarah yang diawali dengan cerita peperangan antara Mayadenawa dan Dewa Indra. Saat itu, Dewa Indra menancapkan senjatanya ke tanah sehingga menciptakan sumber mata air alami sebagai penawar racun untuk prajuritnya yang diracun oleh Mayadenawa. Seiring berjalannya waktu, di sekitar mata air itu kemudian dibangun pura untuk memuja Dewa Indra, pura itulah yang disebut dengan Pura Tirta Empul.

Di dalam area Pura Tirta Empul terdapat dua kolam besar dengan banyak pancuran air. Di kolam inilah umat Hindu melakukan ritual penyucian diri dengan cara membasahi badan dan kepala di bawah air pacuran.

Fungsi dan nama masing-masing air suci berbeda-beda. Ada pancuran yang bernama Tirta Sudamala, Tirta Penglukatan, dan Tirta Panegtegan.

Gua Gajah

Gua Gajah terletak di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatu, Kabupaten Gianyar, Bali. Gua Gajah merupakan kata yang berasal dari "Lwa Gajah". Dalam bahasa Sansekerta, "Lwa" berarti sungai. Sedangkan "Gajah" berarti wihara tempat pemujaan para biksu. Sehingga, "Lwa Gajah" berarti tempat pertapaan biksu yang berlokasi di tepi sungai.

Di Gua Gajah juga dapat dilihat arca Ganesha, Trilingga, dan Hariti. Situs Pura Gua Gajah juga memiliki peninggalan yang bersifat Buddhisme, berupa Arca Dyani Buddha Amitaba. Diperkirakan, awalnya situs Gua Gajah adalah bangunan ibadah agama Buddha dan Hindu.

Usai mengunjungi Pura Tirta Empul dan Gua Gajah, peserta International Training on Toponymy diajak menikmati Tari Kecak di Garuda Wisnu Kencana (GWK). Kegiatan Field Data Collection selanjutnya ditutup dengan makan malam bersama di GWK.

Sebagai informasi, International Training on Toponymy adalah agenda kerja United Nations Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN) Asia South-East (ASE) Division Tahun 2019-2022. International Training on Toponymy berlangsung selama lima hari dengan menghadirkan berbagai materi terkait toponimi. (NIN/MN)