Minggu, 24 November 2024   |   WIB
en | id
Minggu, 24 November 2024   |   WIB
`Kota untuk Semua`, Peluang dan Tantangan Menghadapi Tren Perkotaan

Cibinong, Berita Geospasial – Bank dunia mencatat, 50 persen lebih populasi di dunia tinggal di perkotaan dan 80 persen Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dihasilkan di perkotaan. Hal ini memunculkan peluang sekaligus tantangan tersendiri dalam pengelolaan perkotaan.

“Kota dengan tingkat aktivitas ekonominya yang begitu tinggi, telah menjadi magnet yang memicu urbanisasi. Aktivitas dan kepadatan kota yang tinggi, tentu juga diimbangi dengan gencarnya peningkatan pembangunan infrastruktur yang tentunya akan memunculkan kerentanan,” kata Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Muh Aris Marfai dalam sambutannya saat membuka Bedah Buku `Kota untuk Semua` pada Selasa, 22 November 2022.

Acara bedah buku yang diadakan Balai Pendidikan dan Pelatihan Geospasial BIG secara daring ini bertujuan meningkatkan literasi terkait Informasi Geospasial (IG) dalam setiap aspek kehidupan. Acara ini diharapkan dapat memberikan wawasan terkait peluang dan tantangan dalam menghadapi tren perkotaan.

“Perlu adanya kecermatan pengelolaan perkotaan dalam menghadapi keretanan, sehingga meminimalisasi terjadinya suatu bencana. Seperti pengurangan risiko dampak buruk akibat perubahan iklim yang berakibat pada bencana banjir, gelombang panas, kekeringan, dan bahaya lain,” imbuh Aris.

BIG sangat mendukung pelaksanaan pengelolaan perkotaan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. BIG juga berkomitmen meningkatkan peran dalam pembangunan dengan mewujudkan ketersediaan IG yang andal dan berkualitas.

Bedah Buku `Kota untuk Semua` menghadirkan empat narasumber, yaitu Wicaksono Sarosa selaku penulis buku; dosen Universitas Brawijaya Adipandang Yudono; Kepala Kanwil ATR/BPN DKI Jakarta Dwi Budi Martono; serta Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas BIG Khafid. Acara dipandu oleh Aji Putra Perdana dan Ratna Sari Dewi.

Pada paparannya, Wicaksono menjelaskan bahwa gagasan yang mendasari buku `Kota untuk Semua` adalah dunia yang semakin `mengota`. Proses urbanisasi ini tidak bisa ditahan sampai mencapai suatu level tertentu.

“Karenanya, kota dan urbanisasi harus bisa direncanakan, dirancang, dibangun, dan dikelola agar mensejahterakan semua orang,” ucapnya.

Menurut Wicaksono, memahami bagaimana data dan IG dalam mewujudkan kota untuk semua akan sangat membantu ketercapaian tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) dalam konteks perkotaan. Data tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti penentuan lokasi masyarakat agar bantuan tepat sasaran, layanan prasarana perkotaan yang sesuai, atau untuk mengejar pemerataan.

“Banyak sekali informasi geospasial yang akan sangat berguna dalam perencanaan kota untuk semua sesuai SDGs dan New Urban Agenda,” tegasnya.

Sementara itu, Adipandang Yudono menjelaskan bahwa peranan IG dalam pembangunan tidak hanya satu sisi atau satu sektor. Ada banyak hal yang bisa dilakukan, seperti untuk kegiatan tata ruang dan kebencanaan.

Tentunya dibutuhkan kolaborasi guna mewujudkan kota untuk semua. “Jadi, stakeholders tidak hanya pemerintah. Masyarakat juga harus terlibat dalam pembangunan kota. Partisipasi dalam penyusunan data dan IG akan mempercepat ketersediaan data dalam pembangunan,” tambah Khafid.

Hal tersebut senada dengan yang disampikan Kepala Pusat Penelitian, Promosi, dan Kerja Sama BIG Suprajaka saat menutup acara. Bahwa kota adalah cerminan dari warganya. Jika warganya baik, maka kotanya akan baik juga.

“Kota harus dapat digunakan oleh semua, tidak hanya para pemilik modal dan pengambil keputusan. Kita bersama kementerian/lembaga lain akan merumuskan langkah strategis untuk memastikan IG semakin strategis untuk perencanaan lebih baik lagi,” tutupnya. (NIN/MAD)