Rabu, 13 November 2024   |   WIB
en | id
Rabu, 13 November 2024   |   WIB
Kontribusi Strategis BIG dalam Pemantauan Muka Air Laut

Paris, Berita Geospasial - GLOSS (Global Sea-Level Observing System) adalah sebuah program internasional yang dilaksanakan di bawah naungan Intergovernmental Oceanic Commission (IOC)-UNESCO. Setiap tahun pertemuan diadakan dalam Group of Experts for the Global Sea Level Observing System (GE-GLOSS). Setelah sempat terhenti selama 2 tahun karena pandemi COVID-19, pertemuan GE-GLOSS XVII sukses digelar secara hybrid di Kantor Pusat IOC-UNESCO Paris, Perancis pada tanggal 7-10 November 2022. Pertemuan GE-GLOSS XVI sebelumnya dilaksanakan tahun 2019 lalu di Bussan, Korea Selatan.

Pertemuan tahunan ini dihadiri oleh para pakar di bidang kelautan dari berbagai negara di dunia. Kali ini para pakar internasional yang hadir secara fisik adalah delegasi dari National Oceanography Centre Liverpool - Inggris, Permanent Service for Mean Sea Level - Inggris, National Oceanic and Atmospheric Administration - Amerika Serikat, Bundesamt fuer Seeschifffahrt und Hydrographie - Jerman, Swedish Maritime Administration - Swedia, Institute of Marine Science - Italy, Instituto Español de Oceanografía - Spanyol, National Observing System (SONEL) Université de la Rochelle - Perancis, UH Sea Level Center University of Hawaii - Amerika Serikat, IOC-HQ-UNESCO, delegasi dari Jordania, dan delegasi Indonesia yang diwakiili oleh Badan Informasi Geospasial (BIG).

Setiap delegasi menyampaikan national report mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan dalam pemantauan muka air laut. Delegasi Indonesia yang diwakili oleh Bayu Triyogo Widyantoro dari Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika BIG menyampaikan progres kegiatan pemantauan muka air laut di Indonesia.

“Hingga tahun 2022, BIG telah aktif mengelola 198 stasiun pasang surut real time untuk berbagai macam keperluan, salah satunya untuk mendukung Tsunami Early Warning System. Data pasang surut ini sudah terintegrasi dengan sistem di BMKG,” ujar Bayu. Pada tahun 2022, BIG dijadwalkan akan menambah 40 stasiun pasang surut lagi untuk memperapat jaringan stasiun pasang surut yang sudah ada.

“BIG telah mengelola 198 stasiun pasang surut hingga 2022 dan akan bertambah lagi setiap tahunnya. Ini merupakan komitmen BIG dalam rangka berpartisipasi dalam kancah internasional. BIG siap melakukan sharing data stasiun pasang surut ini melalui GLOSS dengan memperhatikan regulasi yang ada di Indonesia tentunya,” tegas Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar BIG Mohamad Arief Syafi’i.

Isu penting yang dibahas dalam pertemuan GE-GLOSS tahun ini adalah pentingnya GNSS yang terpasang pada Tide Gauge. Secara ideal, setiap stasiun pasang surut perlu dilengkapi dengan Global Navigation Satellite Systems (GNSS) guna memantau deformasi tanah di sekitar lokasi stasiun pasang surut. Dengan demikian akan diperoleh data yang lengkap apakah muka air laut yang mengalami kenaikan atau justru tanahnya yang mengalami penurunan. Bayu menyampaikan bahwa dari total 198 stasiun pasang surut yang dikelola BIG, 58 stasiun diantaranya telah dilengkapi dengan GNSS/stasiun Continuosly Operating Reference Stations (CORS). Paparan dari BIG ini mendapat apresiasi dari para peserta serta memberikan masukan bagi kegiatan pemantauan muka air laut secara global. (BTW/MN)