Bandung, Berita Geospasial – Hari ketiga perhelatan South East Asian Survey Congress (SEASC) ke-16 dibuka dengan paparan Marthin dari Ditjen Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan. Ia menjelaskan langkah dan strategi untuk memperkuat perdagangan serta konektivitas ekonomi menuju pembangunan berkelanjutan di ASEAN.
Menurut Marthin, perdagangan Indonesia dan ASEAN mengalami surplus hingga 8.1 miliar USD. Ada tiga dimensi kunci konektivitas yang menjadi fokus dalam mencapai konektivitas ASEAN, yaitu konektivitas fisik, institusi, dan konektivitas dari orang ke orang.
“Konektivitas ASEAN 2025 bertujuan mewujudkan ASEAN yang terhubung dan terintegrasi dengan mulus dan komprehensif, yang akan mendorong daya saing, inklusivitas, dan rasa kebersamaan lebih besar. Dengan lima poin utamanya, yaitu infrastruktur berkelanjutan, inovasi digital, seamless logistics, dan mobilisasi orang,” ungkap Marthin pada Kamis, 4 Agustus 2022.
Sementara itu, pada sesi tematik mengangkat tema perdagangan untuk memperbaiki konektivitas ekonomi. Kepala Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial (BIG) Sumaryono sebagai narasumber pertama menjelaskan bagaimana ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA) on surveying sebagai strategi peningkatan perdagangan dan konektivitas ekonomi di bidang Informasi Geospasial (IG).
“Karakteristik ASEAN Economic Community (AEC) adalah pertukaran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja terampil. Tujuan umum MRA adalah memfasilitasi penghapusan hambatan teknis dalam perdagangan ASEAN. Melalui MRA, setiap negara anggota harus menerima atau mengakui hasil prosedur penilaian kesesuaian,” tegas Sumaryono.
Sedangkan, Mohd Latif bin Zainal dari Persatuan Juru Ukur Tanah Bertauliah Malaysia membahas tantangan yang dihadapi surveyor untuk tanah berlisensi. Selanjutnya, Noordin Bin Ahmad dari Persatuan Juru Ukur Tanah Bertauliah Malaysia memaparkan upaya yang dilakukan surveyor saat ini dan relevansinya dengan ilmu geomatika.
Pada sesi selanjutnya, pemaparan Peter T. Y. Shih tentang on the subsidence of Keelung river meander cut-off area di Kota Taipei dan survei ketinggian Gunung Jade di Taiwan. Ada pula Puguh S. yang menyamapikan mengenai survei dan integritas posisi dan manajemen data geospasial di seluruh bidang.
Pembacara terakhir adalah Ade Komara Mulyana yang membahas kombinasi teknologi akuisisi data yang optimal untuk percepatan produksi peta dasar skala besar di Indonesia. “Solusi maksimal berdasar biaya, waktu dan kualitas data. Selain itu juga tantangan dalam implementasi di Indonesia,” paparnya.
Sesi narasumber ditutup paparan Hasanuddin Zainal Abidin dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung. Ia menerangkan bagimana data dan IG berperan penting untuk membangun dan menata wilayah Indonesia yang luas.
“Data dan IG harus diintegrasikan dengan data dan informasi non-spasial lainnya, supaya lebih bermanfaat. Misalnya, untuk pembangunan Ibu Kota Negara yang baru,” ucapnya.
Ia berharap, seluruh profesi yang berkaitan dengan bidang IG dapat mendukung pelaksanaan Kebijakan Satu Peta dan Satu Data di Indonesia demi pembangunan nasional. “Masa depan geospasial di Indonesia akan menjadi pondasi pembangunan berkelanjutan, dimana setiap unsur saling terintegrasi dan mendukung mewujudkan keberlanjutan di Indonesia,” tandasnya.
Sebelum penutupan SEASC 2022, diumumkan sejumlah penghargaan. Salah satu penghargaan diterima Ade Komara Mulyana, Ratna Mayasari, Marda Khoiria Fajari, Batoro Wisnu, Aldino Rizaldy, dan Moh. Fifik Syafiudin dari BIG. Paper mereka berjudul `Optimal Data Acquisition Technology Combination for Acceleration of Large-scale Base Map Production in Indonesia` itu dinobatkan sebagai paper terbaik pada gelaran SEASC 2022.
SEASC 2022 ditutup dengan penyerahan bendera ASEAN Federation of Land Surveying and Geomatics (AFLAG) kepada delegasi dari Vietnam sebagai tuan rumah pelaksanaan SEASC berikutnya. (LR/NIN)