Yogyakarta, Berita Geospasial – Pada tahun 2013 yang lalu Badan Informasi Geospasial (BIG) meluncurkan Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 atau biasa disebut dengan SRGI2013. SRGI2013 terdiri dari sistem referensi geospasial horizontal dan sistem referensi geospasial vertikal. Hal ini merupakan perwujudan dari tugas utama BIG sebagai penyelenggara informasi geospasial, dimana BIG berkewajiban untuk menyediakan sistem referensi geospasial baik horizontal maupun vertikal. Bedasarkan Peraturan Kepala BIG Nomor 13 Tahun 2021 tentang SRGI, sistem referensi geospasial vertikal Indonesia adalah geoid. Dimana pada tahun 2022, BIG telah meluncurkan versi terbaru dari model geoid Indonesia yaitu INAGEOID2020 versi 2.0.
Kolaborasi penelitian antar perguruan tinggi sangat penting dalam mendukung rencana aksi INAGEOID2020 kedepan. Maka dari itu pada Selasa (12/07) dilaksanakan Sarasehan Sehari dan Sinkronisasi Gayaberat dan Geoid Indonesia bertempat di Gedung Teknik Geodesi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Hadir pada acara ini Kepala Badan Informasi Geospasial Muh Aris Marfai, didampingi oleh Deputi Informasi Geospasial Dasar M. Arief Syafii, Deputi Informasi Geospasial Tematik Antonius B. Wijanarto, Deputi Infrastruktur Informasi Geospasial Ibnu Sofian, dan Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika Gatot H. Pramono.
Kepala Badan Informasi Geospasial Muh Aris Marfai dalam sambutannya menyatakan kesiapan BIG dalam mendukung jejaring geodesi pada perguruan tinggi di Indonesia.
“Sarasehan hari ini sebagai salah satu pintu masuk untuk kita mengaktifkan kembali jejaring geodesi yang selama ini mungkin perlu kita perkuat. Bagi perguruan tinggi ini adalah momen baik untuk menyelaraskan kelimuan geodesi secara nasional agar setara satu sama lain. BIG siap mendukung dan mengawal agar jejaring geodesi tumbuh bagus dan selaras dengan kebutuhan baik di industri maupun birokrasi,” tegas Aris dalam sambutannya kepada tamu undangan dan peserta yang hadir.
Acara ini diikuti oleh perwakilan dari perguruan tinggi di Indonesia antara lain Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Universitas Diponegoro (Undip).
“Kegiatan hari ini merupakan salah satu momen (Sarasehan Gayaberat) yang sangat baik bagi kita untuk berusaha berpikir tidak hanya secara subtansi tetapi juga kemanfaatan, terutama tantangan besar Indonesia saat ini adalah (penyediaan) peta dasar dan nilai koordinat z (tinggi) yang masih sangat diperlukan,” ujar Trias Aditya, Ketua Departemen Teknik Geodesi UGM selaku tuan rumah.
Sarasehan Sehari dan Sinkronisasi Gayaberat dan Geoid Indonesia membahas perkembangan penelitian terkait gayaberat dan geoid di setiap perguruan tinggi. Pemaparan dilakukan oleh perwakilan dari BIG, ITB, UGM, ITS, dan Undip dengan topik bahasan terkait pemodelan geoid Indonesia. Pada sarasehan ini juga dibahas rencana aksi INAGEOID2020 kedepan dan kolaborasi penelitian antar perguruan tinggi yang akan dilaksanakan pada tahun 2023. (PJKGG/LR)