Senin, 25 November 2024   |   WIB
en | id
Senin, 25 November 2024   |   WIB
Satu Langkah Menuju Kemandirian Teknologi Geospasial

Berita Geospasial, Jatinangor – Badan Informasi Geospasial (BIG) bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) membangun stasiun kalibrasi Global Navigation Satellite Systems (GNSS) pertama di Indonesia. Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar BIG Mohamad Arief Syafii menjelaskan bahwa keberadaan stasiun kalibrasi ini membawa Indonesia selangkah lebih maju menuju kemandirian teknologi geospasial.

“Pembangunan ini sesuai dengan visi BIG untuk mengembangkan informasi geospasial yang berdaulat dan mandiri. Selama ini kita cenderung menjadi pengguna. Bila sudah terstandarkan, stasiun ini bisa dipergunakan semua pihak,” ungkap Arief saat meninjau lokasi stasiun kalibrasi GNSS di Jatinangor (23/5/22).

Direktur ITB Kampus Jatinangor Agus Jatnika Effendi menyambut baik kerja sama BIG-ITB. Menurutnya, Stasiun Kalibrasi GNSS ini dapat menjadi 'mainan' baru bagi seluruh civitas akademik ITB.

"Ini sejalan dengan upaya untuk membangun atmosfer akademik dan mengaktifkan kampus," tandas Agus.

Sementara itu, Peneliti Geodesi ITB Heri Andreas yang terlibat dalam pembangunan stasiun kalibrasi menyatakan bahwa Stasiun Kalibrasi GNSS terdiri dari delapan benchmark yang didesain dengan spasi tertentu. Dibangun sejak Oktober 2021, stasiun tersebut telah memiliki nilai definitif yang dapat dipergunakan untuk kalibrasi berbagai alat.

"Stasiun sudah terbangun, nilai pun sudah diuji. Setelah sekian lama, kita punya stasiun kalibrasi pertama. Kami berharap stasiun ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti riset dan keperluan internal BIG sekaligus menjadi sumbangsih bagi kegiatan pemetaan,” jelasnya.

Teknologi GNSS saat ini merupakan teknologi yang paling lazim digunakan dalam penentuan posisi dalam kegiatan survei pemetaan. Stasiun kalibrasi diperlukan untuk menjaga performa peralatan survei yang digunakan sehingga dapat menjamin kualitas produk yang dihasilkan.

Menurut Andreas, apabila mekanisme pengelolaannya sudah ditetapkan, akan terjadi overload pemanfaatan stasiun ini karena banyak stakeholder yang sudah menyatakan kebutuhannya untuk menggunakan stasiun tersebut.

“Untuk itu, perlu dibangun stasiun serupa di tempat lain untuk memenuhi kebutuhan seluruh Indonesia,” ujar Andreas. (MAD/LR)